Media Asing Sorot Opsi Merger GOTO & Grab, Sebut Danantara

fsd, CNBC Indonesia
Senin, 28/07/2025 14:44 WIB
Foto: Pengemudi ojek online (ojol) menunggu orderan di kawasan Palmerah, Jakarta, Rabu (12/2/2025). Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengusulkan agar ojek online di Jakarta bisa mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) subsidi dengan cara menggunakan plat kuning dalam upaya mendorong masyarakat untuk beralih ke angkutan umum. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar merger antara dua raksasa teknologi di kawasan Asia Tenggara kembali berhembus. Diketahui isu penggabungan usaha antara GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan Grab Holdings Ltd sudah berulang kali berhembus sejak tahun lalu, namun urung terjadi salah satunya karena permasalahan regulasi.

Publikasi The Economist dalam laporan terbarunya menyebut rumor merger kini beredar kembali. Aksi tersebut diperkirakan akan menciptakan raksasa teknologi regional kedua setelah Sea Limited, pemilik Shopee. Entitas hasil merger ini akan menguasai sekitar 80% pangsa pasar transportasi online dan 67% pangsa pasar pengiriman makanan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Namun, menurut laporan tersebut merger antara kedua perusahaan ini harus terlebih dahulu mengatasi keraguan yang datang dari para pejabat Indonesia.


Selama tiga tahun terakhir, kedua perusahaan telah memangkas biaya sambil terus bertumbuh, menghasilkan peningkatan signifikan dalam rasio biaya operasional terhadap pendapatan - keduanya telah turun di bawah 100% dari semula biaya operasional mencapai lebih dari dua kali lipat pendapatan. Keduanya juga diketahui telah memberhentikan ratusan karyawan. Insentif untuk menarik konsumen dan pengemudi, yang dulu diberikan secara cuma-cuma, kini mulai dipangkas.

Kedua perusahaan membantah laporan terbaru tentang kesepakatan merger. Namun bulan lalu, Grab memicu spekulasi tersebut dengan menerbitkan obligasi konversi senilai US$ 1,5 miliar (Rp 24,45 triliun), yang penggunaannya "mungkin mencakup akuisisi potensial".

The Economist menilai ada logika komersial yang kuat di balik penggabungan ini. Setelah berhasil menyingkirkan pesaing layanan transportasi daring asing seperti Uber dari semua pasar utama Asia Tenggara lainnya, Grab masih menghadapi persaingan ketat dari GoTo di Indonesia, negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara. Sementara itu, GoTo, yang pernah berkompetisi di lima pasar, telah menyerah untuk melakukan ekspansi besar dan kembali fokus di Indonesia.

Keduanya memiliki pasar layanan transportasi daring Indonesia yang relatif sama besar, dengan harga Grab yang secara konsisten lebih rendah, menurut sebuah studi terbaru oleh Bahana Sekuritas.

Namun, kesepakatan ini mendapat hambatan secara politik Indonesia. Pada bulan Mei, spekulasi merger yang kembali merebak dan ketidakpuasan atas upah rendah telah menyebabkan puluhan ribu pengemudi turun ke jalan di Jakarta. Ketua serikat pekerja transportasi Indonesia mengecam "praktik monopoli" yang akan dihasilkan dari penggabungan ini, dan meminta otoritas persaingan untuk turun tangan. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan akan terus memantau.

Para pejabat telah mengisyaratkan bahwa setidaknya dua syarat harus dipenuhi agar merger disetujui: jaminan bagi pengemudi, dan kepemilikan saham lokal yang signifikan dalam entitas gabungan tersebut. The Economist juga menyebut Danantara dapat memiliki peran dalam aksi korporasi ini, meskipun pihak Dana Abadi RI tersebut menyatakan "saat ini" tidak terlibat dalam pembicaraan.

Sebagai informasi, setelah hiruk-pikuk era pandemi, saham perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka di kawasan ASEAN anjlok di tengah kenaikan suku bunga karena investor kehilangan kesabaran menghadapi kerugian yang terus-menerus. Valuasi perusahaan juga masih belum pulih.

Grab yang berbasis di Singapura, dan GoTo di Indonesia-adalah contoh yang paling menonjol. Grab telah mengalami penurunan nilai pasar dari US$ 40 miliar ketika melantai di bursa pada Desember 2021 menjadi hanya seperempatnya setahun kemudian. Valuasi GoTo, yang dibentuk melalui kerja sama pada Mei 2021 antara Gojek dan Tokopedia juga turun tiga perempat pada tahun tersebut setelah melantai di bursa dengan valuasi US$ 28 miliar pada April 2022.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Efek Danantara! 7 Saham Ini Tiba-Tiba Melonjak Tajam