
Harga Naik Tajam, Trump Bisa Bikin Pasar Kopi Makin Ngeri

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kopi sempat melonjak tajam beberapa waktu lalu setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 50% atas impor kopi dari Brasil. Langkah tersebut mengejutkan industri kopi global dan memicu kekhawatiran lonjakan harga, khususnya bagi konsumen di AS.
Trump mengumumkan rencana tersebut lewat surat terbuka di platform Truth Social pada pekan lalu. Ia menuduh pemerintah Brasil menyerang kebebasan berbicara dan melakukan "perburuan penyihir" terhadap mantan presiden sayap kanan Jair Bolsonaro.
Melansir Financial Times, harga kopi arabika yang diperdagangkan di New York sempat melonjak tinggi.
Brasil merupakan produsen utama kopi arabika di dunia, jenis yang digunakan dalam racikan kopi premium. Tak heran jika pernyataan Trump disebut "mengguncang industri kopi" oleh salah satu pelaku pasar.
Giuseppe Lavazza, pimpinan Lavazza Group, sebelumnya mengatakan bahwa tarif 10% atas barang dari Uni Eropa masih dapat diterima. Namun, tarif atas negara-negara produsen kopi seperti Brasil dan Vietnam dinilai sangat memberatkan dan akan menaikkan harga jual kopi di AS.
"Masalahnya bukan tarif antara AS dan Eropa, tapi antara AS dan negara produsen kopi seperti Brasil, Vietnam, dan lainnya. Dampak akhirnya adalah harga kopi di pasar AS akan semakin mahal bagi konsumen," ujar Lavazza.
Harga kopi arabika dan robusta memang sudah tinggi dalam beberapa tahun terakhir akibat gagal panen di negara-negara penghasil utama. Para spekulan juga turut mendorong kenaikan harga di pasar berjangka.
Futures kopi robusta di London, sebagai acuan global, sempat menembus rekor hampir US$5.700 per ton awal tahun ini. Angka tersebut jauh di atas rata-rata historis sekitar US$1.700 per ton, sementara arabika sempat naik 70% ke US$4,20 per pon tahun lalu.
Meski demikian, harga mulai menurun dalam beberapa bulan terakhir seiring harapan akan membaiknya hasil panen. Kondisi ini sempat memberikan sedikit kelegaan bagi industri dan konsumen.
Analis komoditas Rabobank, Oran van Dort, mengatakan pelaku pasar berharap pemerintahan Trump akan mengecualikan komoditas yang tidak bisa diproduksi di AS seperti kakao dan kopi dari kebijakan tarif.
Jika kopi tidak dikecualikan dari tarif, dampaknya dinilai akan sangat signifikan terhadap pasar AS. Selain Brasil, negara penghasil robusta seperti Vietnam dan Indonesia juga akan terkena tarif mulai 1 Agustus.
"Pasar akan memantau ketat kesepakatan dagang yang mungkin terjadi, termasuk kemungkinan pengecualian untuk produk kopi," kata van Dort.
Kopi di Indonesia
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti sejak akhir tahun lalu mengungkapkan kenaikan harga kopi di Tanah Air telah naik perlahan karena adanya penurunan pasokan global yang disebabkan oleh beberapa faktor.
"Ada beberapa gagal panen di beberapa negara penghasil kopi tapi ini direspons produsen kopi domestik yang ikut naikkan harga kopi di dalam negeri," kata Amalia dalam konferensi pers BPS November 2024.
Dari catatan CNBC Indonesia, kenaikan harga kopi yang menyumbang inflasi telah terjadi sejak September 2024. Saat itu, kopi bubuk dan biaya kuliah menjadi komoditas pemicu inflasi, kendati posisi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat masih deflasi.
Saat itu, BPS mengutip International Coffee Organization, bahwa penyebab kenaikan harga kopi dunia dipicu oleh panen yang terganggu cuaca dan kenaikan permintaan konsumsi kopi.
Meskipun volume produksi Indonesia tidak sebesar Brasil atau Vietnam, kualitas kopi yang dihasilkan menempatkannya di posisi istimewa di pasar specialty. Kopi single origin Indonesia, seperti yang berasal dari Toraja, memiliki keunikan rasa yang mencerminkan kondisi tanah dan iklim tempatnya ditanam. Tanah vulkanis, curah hujan tinggi, dan metode pengolahan tradisional berkontribusi pada profil rasa yang tidak ditemukan di tempat lain.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kopi Indonesia terus mengalami pertumbuhan signifikan. BPS mencatat ekspor kopi RI tahun 2024 tumbuh hingga 76% dengan nilai ekspor mencapai US$ 1,64 miliar. Lampung tercatat sebagai provinsi dengan jumlah ekspor kopi terbesar di Indonesia atau mencapai setengah total nilai ekspor, lalu disusul oleh Sumatra Utara, Jawa Timur dan Aceh.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tarif Trump Pengaruhi Bursa Asia, Begini Pergerakan Nikkei Dkk
