Insurance Forum 2025

IFG Sebut Bahaya Penurunan Daya Beli Masyarakat bagi Industri Asuransi

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
14 July 2025 17:20
Komisaris Utama Indonesia Financial Group (IFG), Fauzi Ichsan menyampaikan paparan dalam acara Insurance Forum 2025 di Jakarta, Senin (14/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Komisaris Utama Indonesia Financial Group (IFG), Fauzi Ichsan menyampaikan paparan dalam acara Insurance Forum 2025 di Jakarta, Senin (14/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisaris Utama Indonesia Financial Group (IFG) Fauzi Ichsan mengungkapkan pentingnya menjaga daya beli masyarakat di tengah bonus demografi dan ketidakpastian ekonomi. Menurutnya, Indonesia baru bisa menikmati bonus demografi jika pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat tetap terjaga.

"Kalau kelas menengah menciut, buying power juga melemah. Diharapkan pemerintah bisa memberikan kebijakan stimulus yang bisa menumbuhkan manufaktur. Jika manufaktur terpuruk, kelas menengah juga," ujarnya dalam CNBC Indonesia Insurance Forum 2025, Senin (14/7/2025).

Dia menilai dengan mendorong kelas menengah, maka daya beli bisa terjaga dan kemampuan untuk memiliki produk proteksi yakni asuransi bisa berjalan.

"Kalau buying power minim, asuransi bukanlah hal yang penting. Tapi kalau bisa saving asuransi bisa dibeli," kata Fauzi.

Selain itu, dengan menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% saja, maka kemampuan pemegang polis pun meningkat dan bisa berinvestasi. Dengan begitu, mereka pun memiliki pilihan untuk memenuhi kebutuhan proteksinya.

"Bisa membantu pemegang polis untuk investasi juga," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono mengungkapkan penetrasi asuransi di tanah air masih rendah dibandingkan di negara lainnya, yakni di kisaran 3%. Untuk itu diperlukan pendalaman pasar dengan melakukan inovasi produk-produk asuransi.

"Banyak sekali pertanggungan yang belum dilakukan di Indonesia, terkait pendalaman pasar ini. Banyak produk asuransi di negara lain sudah diterapkan dan di Indonesia belum diterapkan," kata Ogi.

Sebelumnya, OJK juga mengungkapkan penyebab rendahnya tingkat penetrasi dan inklusi asuransi karena tingkat literasi yang rendah, keterbatasan jangkauan pemasaran perusahaan asuransi, ketidaksesuaian produk, dan layanan asuransi dengan kebutuhan masyarakat. Kemudian, keterbatasan kapasitas industri asuransi untuk menanggung risiko, dan keterbatasan daya beli masyarakat juga menjadi penyebabnya.

Untuk itu, diperlukan upaya pengembangan industri yang dapat diarahkan untuk meningkatkan literasi masyarakat, perluasan jangkauan pemasaran, inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, dan peningkatan kapasitas pelaku industri.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Tanda-Tanda Dompet Warga RI Kempes Muncul Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular