Kredit Macet KPR Tembus Rekor Terburuk 4 Tahun, Bankir Buka Suara

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Senin, 14/07/2025 07:46 WIB
Foto: Bunga KPR (CNBC Indonesia/Ferry)

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat Indonesia semakin sulit membayar cicilan rumah. Itu terlihat dari kualitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang kian memburuk, bahkan lebih buruk dari masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020.

Berdasarkan Statistik Sistem Keuangan Indonesia Juni 2025 yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), non performing loan (NPL) KPR tembus 3,24%, melebihi pada saat akhir 2020 sebesar 2,78%. Rasio NPL bulan Mei itu juga merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir.


Kondisi ini diakui oleh para bankir. Seperti PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang dikenal sebagai bank perumahan, alias bank yang fokus memberikan pembiayaan perumahan. Direktur Manajemen Risiko BTN, Setiyo Wibowo mengakui perburukan kualitas KPR juga terjadi di bank pelat merah itu.

"Kondisi pasar yang terkait dengan kualitas kredit retail terjadi juga di BTN, khususnya terkait dengan NPL segmen KPR dimana per Juni NPL segmen konsumer di sekitar 3,21%," ungkap Setiyo saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (11/7/2025).

Ia mengatakan BTN telah menelaah tren kenaikan NPL ini seiring dengan adanya penurunan kemampuan keuangan segmen menengah ke bawah. Setiyo melanjutkan, hal ini juga tampak pada hasil statistik makro dimana terjadi pelemahan pertumbuhan PDB, tren PHK yang meningkat maupun tingkat konsumsi yang menurun.

Menyikapi hal ini, kata dia, BTN melakukan sejumlah langkah mitigasi. Antara lain penyesuaian portfolio guideline dan risk acceptance criteria yang lebih prudent, memperkuat underwriting proses dengan lebih menggunakan teknologi seperti Gen AI, maupun mendorong pertumbuhan di segmen yang berisiko lebih rendah seperti nasabah existing BTN, nasabah payroll, dan sektor-sektor usaha yang masih tumbuh sehat.

"Kami juga memperkuat team back end yaitu collection dan recovery untuk segera memperbaiki tingkat tunggakan kolektibilitas 2 maupun NPL," ujar Setiyo.

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga mengakui adanya perburukan pada portofolio kredit properti bank swasta terbesar RI itu. Executive Vice President Consumer Loan BCA, Welly Yandoko mengatakan berdasarkan laporan analyst meeting, KPR BCA juga mengalami kenaikan NPL menjadi 1,54% per Maret 2025, naik sebesar 0,26% jika dibandingkan dengan akhir tahun 2024 lalu.

"Melihat kondisi makroekonomi yang belum stabil, kemungkinan tren kenaikan ini akan terus berlanjut," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (11/7/2025).

Namun, Welly menyebut pihaknya masih tetap menargetkan agar tingkat NPL masih tetap terjaga dengan selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan. Itu dilakukan dengan melakukan analisa mendalam terhadap calon debitur untuk memastikan kelancaran pembayaran, memperkuat sistem Know Your Customer, dan analisa terkait nilai dan area property untuk memastikan jaminan bisa cover nilai kredit yang diberikan.

"Selain itu, kami juga disiplin melakukan monitoring ketat terhadap kredit bermasalah dengan segera mengambil tindakan penyelesaian yang diperlukan bila kredit bermasalah sudah tidak dapat diselesaikan lagi," jelas Welly.

Adapun kondisi perburukan NPL KPR sepanjang tahun 2025 berbanding tebalik dengan pertumbuhan KPR yang malah melandai. NPL KPR sebesar 3,24% per Mei 2025, memburuk bulan April yang sebesar 3,13% dan bulan Maret dan Februari yang sama-sama 2,99%. Pada Januari 2025, NPL KPR berada di posisi 2,88%.

Sementara itu, pada bulan Januari 2025, KPR tercatat tumbuh 11,51% secara tahunan atau year on year (yoy). Sebulan kemudian, KPR masih mampu tumbuh double digit, tapi melambat sedikit menjadi 11,49% yoy.

Pada bulan Maret, pertumbuhan KPR hanya single digit sebesar 9,28% yoy. Di bulan April, pertumbuhan KPR melambat lagi menjadi 8,67% yoy, dan pada bulan Mei menjadi 8,15%.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: KPR Subsidi Dorong Pemerataan dan Keberlanjutan Sosial-Ekonomi