
Semester II-2025 Masih Penuh Risiko, Bank Kecil Kompak Bilang Gini

Jakarta, CNBC Indonesia — Perbankan kompak memasang mode konservatif dalam mengejar pertumbuhan pada semester II-2025 yang masih diliputi banyak tantangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa ada sejumlah bank yang telah melakukan revisi ke bawah pada target pertumbuhan di rencana bisnis bank (RBB).
Tidak heran, penyesuaian itu dilakukan seiring dengan tren perlambatan laju pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK), serta terkikisnya margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) industri perbankan hingga Mei 2025.
Bank berukuran kecil atau yang tergolong KBMI I pun kompak mengatur ulang RBB mereka. Mengingatkan saja, OJK mempersilakan perbankan untuk melakukan revisi RBB hingga September 2025.
PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) mengaku bahwa sejak awal sudah menyusun RBB yang konservatif. Melihat adanya tantangan di paruh kedua tahun ini, Wakil Direktur Utama Bank Ina, Yulius Purnama Junaedi mengatakan ada penyesuaian dalam beberapa hal di RBB, namun secara umum masih sama.
Ia mengatakan, Bank INA senantiasa mencermati perkembangan yang ada, namun kami tetap optimis terhadap kinerja tahun 2025.
"Kami percaya bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan harus ditopang oleh jumlah nasabah yang banyak, pertumbuhan dana masyarakat yang sehat serta layanan transaksi digital yang mampu menjawab kebutuhan nasabah secara real-time, efisien, dan aman," ujar Yulius saat kepada CNBC Indonesia, Senin (7/7/2025).
Maka dari itu, bank milik Grup Salim itu berupaya mengejar pertumbuhan melalui pendekatan hybrid yaitu produk dan layanan digital yang didukung oleh jaringan cabang. Yulius menyebut pertumbuhan bisnis digital ditujukan untuk peningkatan jumlah nasabah, DPK, serta pendapatan transaksi.
Lebih lanjut, Yulius membeberkan Bank Ina juga mendorong layanan digital baik dengan Grup Salim serta partner partner fintech dan digital lainnya.
"Kami telah menyiapkan beberapa rencana kolaborasi dengan partner strategis yang akan kami umumkan secara resmi sesuai waktunya masing-masing," ungkap Yulius.
Sementara itu, PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) mengakui sudah memangkas target pertumbuhan kredit 2025 dari sebelumnya 11% menjadi 10%. Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah menyebut target itu sesuai dengan proyeksi pertumbuhan kredit oleh Bank Indonesia (BI), yaitu sebesar 10%.
"Banyak faktor yang menjadi pertimbangan untuk melakukan revisi target kredit pada tahun 2025, antara lain perlambatan permintaan kredit, kondisi likuiditas perbankan dan suku bunga, risiko kredit, kebijakan yang lebih ketat untuk menjadi kualitas kredit agar tidak menjadi NPL (non-performing loan)," ujar Efdinal kepada CNBC Indonesia, Senin (7/7/2025).
Maka, bank milik OK Next asal Korea Selatan itu menyiasati keadaan ini dengan melakukan penguatan aset bank dengan manajemen risiko kredit yang lebih ketat, diversifikasi portofolio, peningkatan DPK khususnya dana murah (CASA), dan investasi pada teknologi dan digitalisasi untuk efisiensi dan jangkauan layanan.
Bank digital PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau BNC juga tidak menutup kemungkinan akan melakukan penyesuaian RBB. Direktur Utama BNC, Eri Budiono mengatakan kemungkinan itu berkaca pada situasi ekonomi di semester II-2025 yang perlu diantisipasi.
"Secara umum kita juga berhati-hati dengan dengan fokus menjaga kualitas portfolio kredit," kata Eri kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/7/2025).
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pelaku Pasar Modal Solid, IHSG Langsung Terbang 4%
