Harga Minyak Tergelincir Imbas Tarif Trump dan Sinyal The Fed

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
10 July 2025 10:00
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024.  (Doc PHE)
Foto: PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak mentah dunia terpantau turun tipis pada perdagangan Kamis pagi (10/7/2025), tertekan oleh kekhawatiran pasar terhadap ketegangan dagang global dan prospek suku bunga tinggi di Amerika Serikat (AS).

Mengacu pada data Refinitiv pukul 09.30 WIB, harga minyak Brent kontrak September dibuka di US$70,06 per barel dan ditutup di US$70,13, turun tipis dari US$70,19 sehari sebelumnya. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tercatat melemah ke US$68,28 dari US$68,38.

Koreksi harga minyak tak lepas dari sentimen negatif yang datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump soal perluasan kebijakan tarif. Trump mengancam akan mengenakan tarif 50% terhadap Brasil, menyusul ketegangan dengan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva. Sebelumnya, Trump juga telah mengumumkan rencana tarif baru terhadap komoditas strategis seperti tembaga, semikonduktor, dan produk farmasi.

Langkah ini dinilai menambah ketidakpastian di pasar global. Amerika Serikat juga telah mengirim surat pemberitahuan tarif ke lebih dari selusin negara, termasuk Filipina, Korea Selatan, Jepang, dan Irak. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi global yang bisa berdampak pada konsumsi energi dunia.

 

Dari sisi kebijakan moneter, rapat Federal Reserve (The Fed) terbaru mengindikasikan hanya sebagian kecil pejabat yang mendukung penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Mayoritas masih menunggu sinyal yang lebih meyakinkan bahwa inflasi akan benar-benar melandai sebelum mengambil langkah pelonggaran.

Pasar kini menilai bahwa tren suku bunga tinggi bisa bertahan hingga akhir tahun, sebuah kondisi yang umumnya menekan permintaan minyak karena biaya pinjaman yang mahal cenderung mengerem aktivitas ekonomi.

Kendati sentimen global cenderung negatif, pelemahan harga tertahan oleh data permintaan yang masih solid. Laporan mingguan Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa stok bensin dan distilat di AS turun, sementara permintaan bensin naik 6% menjadi 9,2 juta barel per hari, mencerminkan konsumsi yang kuat sepanjang musim panas.

Di sisi global, data dari JP Morgan menunjukkan bahwa aktivitas penerbangan dunia rata-rata mencapai 107.600 penerbangan per hari selama delapan hari pertama Juli tertinggi sepanjang masa. Penerbangan di China bahkan mencapai rekor tertinggi lima bulan terakhir. Aktivitas pelabuhan dan logistik pun mengindikasikan ekspansi perdagangan yang tetap berlangsung.

JP Morgan memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global tetap sehat di angka 0,97 juta barel per hari, nyaris menyamai target tahunan sebesar 1 juta barel per hari.

CNBC Indonesia


(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tarif Trump Naik, Harga Minyak Stabil di Tengah Ancaman Perang Dagang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular