Trump Tak Perpanjang Deadline Tarif, Gerak Bursa Asia Bervariasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik bergerak bervariasi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengesampingkan perpanjangan tenggat waktu kebijakan tarif yang akan dimulai pada 1 Agustus 2025 mendatang.
Mengutip CNBC Internasional, pada pukul 8.11 pagi waktu Singapura, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,33% sementara indeks Topix yang lebih luas naik 0,17%.
Indeks acuan Jepang, Nikkei 225, akan dibuka lebih tinggi, dengan kontrak berjangka di Chicago pada 40.055 sementara kontrak berjangka di Osaka diperdagangkan pada 39.820, dibandingkan dengan penutupan indeks pada hari Selasa di 39.688,81.
Kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng Hong Kong berada pada 24.102 yang menunjukkan pembukaan yang lebih kuat dibandingkan dengan penutupan terakhir HSI di 24.148,07.
Begitu juga bursa Korea Selatan, indeks Kospi mendatar sementara indeks Kosdaq yang berkapitalisasi kecil juga naik 0,29%.
Sedangkan di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 0,26%.
Sementara itu, tadi malam di Amerika Serikat, dua dari tiga indeks utama di Wall Street berakhir di dekat garis datar.
Indeks S&P 500 turun tipis 0,07%, berakhir pada 6.225,52, sementara Nasdaq Composite naik 0,03% dan ditutup pada 20.418,46. Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 165,60 poin, atau 0,37%, dan ditutup pada 44.240,76.
Seperti diketahui, Trump pada hari Selasa juga mengumumkan pungutan 50% untuk impor tembaga dan mengindikasikan bahwa tarif sektoral lebih lanjut akan segera diberlakukan.
Dia juga mengancam akan mengenakan tarif hingga 200% pada ekspor farmasi ke AS. Namun, Ia juga mengatakan bahwa dirinya akan memberikan waktu sekitar satu tahun, satu setengah tahun hingga bea masuk mulai berlaku.
Tembaga jatuh karena tarif 50% yang akan diberlakukan Trump. Harga tembaga turun pada hari Rabu setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 50% untuk ekspor logam ke AS.
Harga tembaga berjangka untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,35% menjadi US$9.829,50 per ton pada pukul 8.45 pagi waktu Singapura.
Selain itu, para investor juga akan mencermati sejumlah data dari Tiongkok hari ini, termasuk indeks harga produsen untuk bulan Juni 2025. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan angka tersebut akan mengalami kontraksi sebesar 3,2% tahun ke tahun, dibandingkan dengan penurunan 3,3% di bulan sebelumnya.
Sementara itu, angka inflasi harga konsumen negara ini diperkirakan akan tetap datar dari tahun ke tahun, dari penurunan 0,1% di bulan Mei.
(fsd/fsd)