
Setelah Roller Coaster, Akhirnya IHSG Hari Ini Ditutup Naik Tipis

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak tak menentu hari ini, Selasa (8/7/2025). Setelah berulang kali menyentuh zona merah, indeks akhirnya menutup perdagangan dengan kenaikan 3,46 poin atau 0,05% ke level 6.904,39.
IHSG hari ini diperdagangkan pada rentang 6.885,28–6.916,83.
Sebanyak 308 saham turun, 276 naik, dan 209 tidak bergerak. Nilai transaksi hari ini terbilang kembali ramai, yakni Rp 10,7 triliun yang melibatkan 16,07 miliar saham dalam 1,07 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar nyaris tidak bergerak di level Rp 12.197,7 triliun.
Mengutip Refinitiv, ada 5 sektor yang berada di zona hijau, yaitu properti (2,62%), utilitas (2,34%), energi (1,21%), bahan baku (1,09%), dan industri (0,02%). Sisanya, finansial, konsumer primer, konsumer non-primer, kesehatan, dan teknologi berada di zona merah.
Sektor finansial berada di zona merah seiring dengan saham BBCA yang menjadi pemberat utama IHSG hari ini. BBCA menyumbang -8,52 indeks poin terhadap penurunan IHSG.
Selain itu dua saham BUMN juga menambah beban IHSG untuk naik, yaitu TLKM (-6,84 indeks poin) dan BBRI (-6,11 indeks poin).
Sementara itu, sejumlah saham konglomerat menjadi penopang utama IHSG, seperti dua saham Prajogo Pangestu TPIA dan BREN yang masing-masing menyumbang 6,76 indeks poin dan 5,7 indeks poin.
Adapun Anggota Dewan Komisioner OJK pengawas pasar modal Inarno Djajadi mengatakan IHSG masih dalam koreksi, seiring dengan arus modal asing masih deras ke luar dari pasar saham domestik.
Lesunya kinerja IHSG kuartal satu terjadi seiring derasnya aksi jual saham di pasar domestik. Inarno mengungkapkan aksi jual asing (non residence net sell) mencapai Rp 8,38 pada bulan Juni dan sejak awal tahun atau sepanjang semester pertama 2025 asing masih mencatatkan net sell Rp 53,57 triliun.
Berdasarkan data pasar, pada periode yang sama tahun lalu net sell asing tidak sampai 15% dari totalnet selltahun ini atau Rp 7,71 triliun.
Tekanan jual asing tahun ini utamanya terjadi pada empat saham bank jumbo. BCA atau BBCA menjadi emiten dengan net sell asing terbesar sepanjang semester I-2025.
Asing membukukan net sell di saham BBCA senilai Rp 12,68 triliun. Padahal sepanjang Januari-Juni tahun lalu asing net buy Rp 1,64 triliun saham BBCA.
Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan asing banyak meninggalkan saham perbankan seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kinerja kuartal II-2025. "Sampai kuartal II-2025 kelihatannya masih lemah. Pertumbuhan kredit stagnan, laba juga stagnan, prospek pertumbuhan kita turun," katanya.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Merah! Pasar Cemas Deflasi dan Data Ekonomi