
Asing Kabur Bawa Rp 53,5 T, Separuhnya Gara-Gara Saham Bank

Jakarta, CNBC Indonesia — Tekanan jual asing sepanjang semester I-2025 menjadi satu sentimen negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam 6 bulan pertama tahun ini, net sell asing tercatat sebesar Rp 53,56 triliun.
Berdasarkan data pasar, pada periode yang sama tahun lalu net sell asing tidak sampai 15% dari totalnet selltahun ini atau Rp 7,71 triliun.
Secara historis, net sell terjadi paling besar pada 16 April lalu pasca pengumuman tarif resiprokal dan libur panjang lebaran sampai lebih dari Rp8 triliun hanya dalam sehari.
Anggota Dewan Komisioner OJK pengawas pasar modal Inarno Djajadi mengatakan bahwa hal tersebut adalah salah satu penyebab kinerja IHSG lesu pada paruh pertama tahun ini.
IHSG tercatat masih terkoreksi 2.15% sejak awal tahun (ytd). "Secara month-to-date (mtd) melemah 3,46% ke 6927,68" jelas Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner OJK, Selasa (8/7/2025).
Tekanan jual asing tahun ini utamanya terjadi pada empat saham bank jumbo. BCA atau BBCA menjadi emiten dengan net sell asing terbesar sepanjang semester I-2025.
Asing membukukan net sell di saham BBCA senilai Rp 12,68 triliun. Padahal sepanjang Januari-Juni tahun lalu asing net buy Rp 1,64 triliun saham BBCA.
Hal tersebut seiring dengan kinerja saham BBCA yang mengalami koreksi 12,37% ytd. Pada perdagangan hari ini, koreksi masih terus berlanjut dan saham BBCA telah meninggalkan level 8.500.
Nasib yang lebih beruntung dialami oleh tiga bank jumbo lain dengan Bank Mandiri (BMRI) yang mencatat net sell asing tidak sampai Rp 10 triliun atau tepatnya Rp 9,62 triliun.
Sementara itu, net sell asing di Bank Rakyat Indonesia (BBRI) senilai Rp 4,49 triliun dan Bank Negara Indonesia (BBNI) Rp 3,21 triliun. Artinya Rp 30 triliun net sell asing semester I-2025 merupakan sumbangan dari saham bank jumbo.
Adapun IHSG sepanjang enam bulan pertama tahun ini mengalami volatilitas yang terbilang tinggi. Sempat dibawa jatuh ke bawah 6.000 hingga terbang ke level lebih dari 7.000 dalam waktu sekitar satu bulan.
Sepanjang Juni lalu IHSG kembali kontraksi lebih dari 4%, menghapus sebagian reli yang terjadi pada Mei 2025. Alhasil, memasuki paruh kedua, IHSG masih bertengger di bawah level 7000.
Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan asing banyak meninggalkan saham perbankan seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kinerja kuartal II-2025. "Sampai kuartal II-2025 kelihatannya masih lemah. Pertumbuhan kredit stagnan, laba juga stagnan, prospek pertumbuhan kita turun," katanya.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Naik Nyaris 3%! Ini Saham yang Bikin Terbang
