Dunia Butuh Batu Bara, Begini Prospek Bisnis BUMI

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Rabu, 02/07/2025 16:23 WIB
Foto: Tambang batu bara Asam-Asam yang dikelola PT Arutmin, anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI). (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan batu bara baik domestik maupun global diproyeksikan tetap akan memperlihatkan tren peningkatan di 2025. Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) optimis kinerja industri batu bara tetap bertumbuh meski harga batu bara masih bergerak stagnan. Peningkatan permintaan batu bara tahun 2025 didorong oleh permintaan dalam negeri dan permintaan ekspor yang masih cukup tinggi.

Peningkatan kebutuhan dalam negeri terlihat dari potensi kenaikan Domestic Market Obligation (DMO) batu bara 2025 yang mencapai 229,3 juta ton, lebih tinggi dari tahun 2024 yaitu sebesar 220 juta ton.

Hal ini karena kebutuhan listrik dalam negeri masih mengandalkan batu bara. Dengan adanya langkah hilirisasi, penggunaan listrik dari bahan baku energi batu bara juga dinilai akan meningkat. Melihat prospek itu, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menargetkan adanya peningkatan capaian produksi batu bara secara konservatif dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal di tahun ini, yaitu sekitar 78-82 juta ton. Angka ini dikontribusikan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC) sekitar 53-55 juta ton dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin) sekitar 25-27 juta ton.


"Harga jual rata-rata ditargetkan berkisar antara US$ 71-81 per ton, dengan biaya rata-rata produksi sekitar US$ 55-57 per ton," tulis BUMI dalam laporan tahunan, dikutip Rabu (2/7/2025).

Sebagai salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia, BUMI berkomitmen untuk memenuhi DMO. Terutama guna mendukung pertumbuhan industri batu bara secara berkelanjutan yang pada akhirnya akan berdampak pada ekonomi nasional.

Sepanjang 2024, BUMI berhasil membukukan angka penjualan batu bara sebesar 75,8 juta ton, dengan penyerapan untuk pangsa pasar domestik sebesar 30,4% dan pangsa pasar internasional sebesar 69,6%. Sedangkan pangsa pasar terbesar untuk penjualan batu bara di luar negeri terserap oleh Tiongkok sebanyak 29,0%, India 16,8 %, dan Jepang 7,5%.

"Kinerja penjualan Perseroan utamanya didukung oleh sejumlah nilai tambah yang dimiliki pertambangan Perseroan, salah satunya lokasi yang ideal dan strategis untuk mendukung kegiatan pemasarannya di kawasan Asia," tulis BUMI.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dunia Bergejolak, Beban Bisnis Angkutan Batu Bara Ikut Bengkak