Pandu Sjahrir Soal PNRE Beli 20% Saham Perusahaan EBT Filipina Rp1,9 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Chief Investment Officer Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) Pandu Sjahrir mengonfirmasi kabar terbaru terkait investasi BUMN di bawah pengelolaan Danantara Indonesia.
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), salah satu anak usaha PT Pertamina (Persero), telah menandatangani share subscription agreement atau perjanjian pengambilan bagian saham baru senilai dengan perusahaan energi terbarukan Filipina, Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) beberapa waktu lalu.
"Kalau saya tidak salah, nilainya mendekati US$120 juta (atau setara Rp1,9 triliun dengan kurs Rp16.230,21/US$)," ujar Pandu saat ditemui di Jakarta International Convention Center, Kamis (26/6/2025).
Dana tersebut nantinya bakal digunakan untuk mengembangkan proyek strategis di sektor energi baru dan terbarukan. Dalam siaran pers PNRE, Pandu mengucapkan selamat kepada Pertamina NRE dan CREC atas capaian strategis dalam upaya meningkatkan bisnis hijau.
"Tujuan dari kerja sama ini juga penting untuk hubungan kedua negara, di mana ini bisa menjadi contoh yang baik di kawasan regional, khususnya ASEAN. Karena kemitraan strategis ini bersifat resiprokal, yakni di masa depan akan ada investasi yang masuk di Indonesia sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat oleh Pertamina NRE dan CREC," ujarnya
Masih terkait energi baru dan terbarukan, manajemen Danantara Indonesia telah bertemu dengan jajaran direksi Pertamina Geothermal Energy untuk membahas pengembangan energi panas bumi hingga 3 GW. Hal itu diketahui dari unggahan CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani di media sosialnya.
"Bersama Direktur Utama Julfi Hadi Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Edwil Suzandi dan Direktur Keuangan Yurizki Rio, kami membahas rencana penandatanganan Head of Agreement (HoA) dan Memorandum of Understanding (MoU) untuk proyek-proyek prioritas agar dapat segera masuk pipeline eksekusi investasi," tulis Rosan, Selasa (24/6/2025).
Menurutnya, hal ini merupakan langkah penting dalam mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Rosan menyebut, apalagi, saat ini Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 juga menjadi fokus utama khususnya dalam kerangka integrasi proyek-proyek geothermal.
"Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi katalis percepatan hilirisasi energi dan pendorong pertumbuhan ekonomi hijau nasional," pungkasnya.
Sebelumnya, PGE membuka peluang untuk bekerja sama dengan Danantara Indonesia dalam pengembangan pembangkit geothermal mencapai target kapasitas 1,8 Gigawatt di 2033 dengan kebutuhan investasi mencapai US$ 6 hingga US$ 7 Miliar.
Sebagai informasi, PGEO merupakan pemimpin dalam pengembangan panas bumi di Indonesia dengan kapasitas terpasang langsung sekitar 672 MW dan melalui joint venture lebih dari 1.205 MW, total mencapai sekitar 1.877 MW.
Perusahaan pelat merah yang fokus menggarap panas bumi ini juga digadang-gadang bakal menjadi pemenang lelang WKP dan PSPE paling potensial. Berkat ini, prospek PGEO sebagai pengembangan panas bumi bisa lebih ekspansif dan memicu aliran investasi lebih banyak lagi.
Hal tersebut sejalan dengan target bauran EBT terhadap kelistrikan nasional yang dikeluarkan RUPTL periode 2025-2034 sampai 76%. Ini bisa dibilang target yang sangat agresif dibandingkan bauran EBT per akhir tahun lalu yang masih sekitar 14%.
(dem/dem)