RI Dekati Puncak Permintaan Batu Bara, Produksi Ikut Naik?

Elga Nurmutia, CNBC Indonesia
Rabu, 25/06/2025 07:15 WIB
Foto: Batubara, Kapal angkut batubara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan batu bara di pasar global diprediksi mendekati puncaknya. Dalam laporan terbaru Energy Shift Institute (ESI) "Coal in Indonesia Paradox of Strength and Uncertainty", Indonesia disebut telah mencapai rekor produksi batu bara pada 2024.

Principal dan Pemimpin Kajian Transisi Batu Bara Indonesia di ESI, Hazel Ilango mengatakan permintaan batu bara global telah mendekati puncaknya, bahkan sebagian mengatakan mulai menurun.

"Namun, Indonesia justru menentang tren global tersebut dengan mencatat rekor tertinggi dalam produksi batu bara global pada tahun 2024," ujar Hazel dikutip Selasa (24/6/2025).


Sebagai eksportir batu bara termal terbesar di dunia, Indonesia cukup mengandalkan komoditas ini sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor batu bara pun masih berkontribusi sekitar 3,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

"Analisis kami terhadap 745 perusahaan publik di Indonesia yang mencakup 12 sektor menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan jasa batu bara menghasilkan laba bersih sebesar US$ 31,4 miliar antara tahun 2019 hingga 2023. Ini menempatkan sektor batu bara sebagai yang paling menguntungkan kedua setelah sektor perbankan, selama periode lima tahun tersebut," ungkap dia.

Dalam kesempatan terpisah, VP Investor Relations & Chief Economist PT BUMI Resources Tbk (BUMI), Achmad Reza Widjaja menjelaskan, pihaknya tetap fokus pada target produksi batu bara yang sesuai dengan acuan di tengah tren kenaikan produksi komoditas di Indonesia.

"Sampai saat ini target jangka pendek dan menengah masih bertumpu pada acuan yang sudah ada," kata Reza kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Sebagai informasi, BUMI menargetkan produksi batu bara sebesar 78-80 juta ton pada 2025. Target ini diyakini bisa tercapai selama kondisi cuaca di area pertambangan BUMI tetap normal. Tak hanya itu, BUMI juga ingin memperpanjang Izin Usaha Pertambangan (IUP) tahap berikutnya. BUMI sendiri mengoperasikan tambang batu bara melalui anak usahanya, yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.

BUMI juga optimistis kegiatan ekspor batu bara perusahaan tidak akan terganggu meskipun permintaan komoditas tersebut di pasar global mengalami perlambatan, terutama dari negara konsumen utama seperti China dan India. Ini mengingat, BUMI sudah mengamankan kontrak untuk ekspor batu bara ke mancanegara.

"Sebagian besar ekspor berada dalam kontrak, dan kami terus mengupayakan seperti itu," pungkas Reza.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Produsen Batu Bara Ramai-Ramai Incar Bisnis LNG & EBT