
Video: Harga Minyak Bisa ke Atas USD100/barel Efek Perang, Ancam APBN?
Jakarta, CNBC Indonesia- Perang Timur Tengah yang melibatkan Iran dan Israel masih panas dan belum menunjukkan tanda-tanda gencatan senjata. Kondisi ini tentu saja menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan dan ekonomi global.
Dampak yang paling terasa dari perang ini ada kekhawatiran terhadap gangguan rantai pasok minyak mentah global yang berimbas ke naiknya harga komoditas minyak. Berdasarkan data Yahoo Finance, pada Jumat, 20 Juni 2025, harga minyak mentah Brent berjangka naik 2,8% menjadi USD78,85 per barel Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk periode Juli naik 2,7% menjadi USD77,20.
Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani menyebutkan kenaikan harga minyak yang sudah di atas USD 70 per barel sebagai dampak langsung perang Iran-Israel jauh di atas posisi akhir Mei yang berada di bawah USD 60 per barel.
Harga minyak berpotensi terus jika eskalasi perang berlanjut dan Amerika Serikat memutuskan untuk terlibat langsung karena bisa memancing negara Adidaya lainnya seperti China dan Rusia. Imbasnya rantai pasok minyak akan terganggu sehingga harga bisa melejit ke USD120-140 per barel.
Bahkan, Dendi mengkhawatirkan jika perang terus meluas maka gangguan rantai pasok tidak hanya terkait minyak namun juga sektor lain sehingga inflasi bisa meroket dan permasalahan ekonomi dunia semakin rumit.
Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak dunia setiap USD 1 Dolar dari proyeksi pemerintah maka akan membuat subsidi energi Rp6,9 Triliun.
Seperti apa dampak kenaikan harga minyak efek perang bagi global dan Indonesia? Selengkapnya simak dialog Dina Gurning dengan Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Jum'at, 20/06/2025)

-
1.
-
2.
-
3.