Nelayan Cirebon Lagi Mancing Ketemu Harta Karun Rp 720 M di Laut Jawa

Redaksi, CNBC Indonesia
06 June 2025 12:30
Sejumlah nelayan rajungan menyiapkan jaring yang akan digunakan untuk mencari hasil laut di Kaliadem, Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu (12/6/2019). Sebagaian besar nelayan masih berada di kampung halaman masing-masing untuk merayakan Lebaran. 

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi peringatan dini terhadap adanya gelombang tinggi. Status Waspada (tinggi gelombang 1,25 - 2,5 meter) diperkirakan terjadi di Laut Jawa. Sementara untuk status Berbahaya (2,5 - 4 meter) dan Sangat Berbahaya (4 - 6 meter) diperkirakan terjadi di sebagian perairan timur dan selatan Indonesia. Peringatan tersebut berlaku mulai 12 Juni sampai 15 Juni 2019.

Meskipun ada peringatan dari BMKG, nelayan di Kaliadem tetap melaut. Untuk mengisi waktu luang pada siang hari, para nelayan menyiapkan jaring, membersihkan perahu, dan memilah hasil laut. Dalam sehari, para nelayan bisa mendapatkan 10 - 20 kilogram hasil laut yang terdiri dari ikan, kerang, dan rajungan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktivitas Nelayan Muara Angke (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak ada yang menyangka, rutinitas sehari-hari bisa membawa berkah luar biasa. Kejadian ini dialami seorang nelayan di Cirebon yang sedang memancing di Laut Jawa.

Kali ini ada yang berbeda, sebab ia tak cuma membawa hasil tangkapan ikan seperti yang sudah-sudah. Ia justru menemukan harta karun berharga senilai ratusan miliar rupiah. 

Peristiwa ini terjadi pada suatu pagi di 2003. Nelayan yang tak disebutkan namanya berhenti tepat di jarak 70 Km dari pesisir pantai dan di atas kedalaman 50 meter.

Di sana memang lokasi ikan lalu-lalang, sehingga ia pun percaya diri tangkapannya bakal melimpah. Maka, ia melepas jaring dan membiarkan benda itu menjerat banyak ikan.

Usai menunggu lama, si nelayan yakin tangkapan sudah cukup. Ia lantas bergegas mengangkat jaring. Hanya saja, pengangkatan kali ini terasa berbeda.

Nelayan tersebut merasa jaringnya lebih berat dibanding biasanya. Dengan sekuat tenaga, dia tetap mengangkat jaring hingga masuk ke lambung kapal. Saat dibuka dugaan nelayan terbukti.

Isi jaring bukan hanya ikan, tapi juga ada keramik yang tersangkut. Maka, sesampainya di daratan, dia menindaklanjuti asal-usul keramik tersebut. Berita penemuan keramik pun tersebar.

Temukan Harta Karun Miliaran

Singkat cerita, temuan nelayan diduga kuat bukan keramik biasa tapi kepingan dari harta karun melimpah. Setelahnya, dilakukan proyek pencarian oleh perusahaan swasta atas izin pemerintah. Dari sini diketahui di titik temuan nelayan terdapat harta karun melimpah yang berasal dari kapal karam dengan total sangat fantastis.

"Kapal karam di Cirebon terdapat 314.171 keramik yang terdiri dari porselen, piring, mangkuk, dan sebagainya," tulis peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional, Eka Asih dalam "Keramik Muatan Kapal Karam Cirebon" (2016).

Secara spesifik, peneliti Michael S. Krzemnick, dkk, dalam "Radiocarbon Age Dating of 1,000-Year-Old Pearls from the Cirebon Shipwreck" (2017), menyebut, di kapal karam tersebut terdapat 12.000 mutiara bernilai tinggi, ribuan permata dan emas. Situs berita Detik.com (3 April 2012), mewartakan seluruh temuan tersebut ditaksir mencapai Rp 720 Miliar.

Harta Karun China 

Terlepas dari seberapa fantastis, temuan nelayan kelak menjadi penemuan harta karun arkeologi bawah laut terbesar pada awal abad ke-21. Diketahui, seluruh temuan keramik berasal dari China, tepatnya era Dinasti Tang sekitar abad ke-9 sampai ke-10 Masehi.

Kala itu, China era Dinasti Tang menjadikan keramik sebagai komoditas serupa 'harta karun' bernilai tinggi. Negeri Tirai Bambu banyak melakukan pengiriman melalui kapal laut ke India sebagai salah satu pusat perdagangan dunia.

Biasanya rute melewati Laut China Selatan, Selat Malaka, dan Samudera Hindia. Tapi, kapal angkut yang tenggelam di perairan Cirebon itu bukan spesifik berasal dari Arab atau China.

Mengacu pada riset Eka Asih, kapal berasal dari wilayah Nusantara atau Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya rekonstruksi arkeolog yang membandingkan antara temuan keramik di Cirebon dengan di Sumatera Selatan (Sumsel).

Hasilnya menunjukkan temuan keramik di Cirebon sama seperti temuan keramik di Kesultanan Palembang. Pada waktu sezaman, saat Dinasti Tang memperdagangkan keramik, Kerajaan Sriwijaya sedang mencapai puncak kejayaan, Aktivitas ekonominya terbilang tinggi bahkan diyakini sudah menjangkau China.

Tak heran, di sana juga terdapat temuan-temuan serupa yang bisa menyingkap tabir temuan harta karun di Cirebon. Dari sini diketahui, kapal tersebut diklaim mengangkut keramik China yang diperdagangkan di Sumsel menuju Pantai Utara Jawa di bagian Timur. Sayang, di perairan Cirebon, kapal tersebut karam bersama ribuan harta karun yang dibawa.

Semua itu lantas tenggelam begitu saja di dasar laut sampai akhirnya ditemukan oleh nelayan pada 2003. Kini, peristiwa harta karun itu dikenal sejarah sebagai Cirebon Wreck.

Semoga informasi ini menambah wawasan Anda!


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nelayan Cirebon Mancing di Laut Jawa, Nyangkut Harta Karun Rp 720 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular