Nasib Rupiah Masih Terancam, Trump Ciptakan 'Strong Dollar'

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
07 February 2025 10:15
Presiden Donald Trump berbicara kepada wartawan saat menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih, Senin, 20 Januari 2025, di Washington. (Foto AP/Evan Vucci)
Foto: Presiden Donald Trump berbicara kepada wartawan saat menandatangani perintah eksekutif di Ruang Oval Gedung Putih, Senin, 20 Januari 2025, di Washington. (Foto AP/Evan Vucci)

Jakarta, CNBC Indonesia-Nasib rupiah masih terancam ke depannya, meski dolar Amerika Serikat (AS) kini mulai berada pada level Rp16.200. Hal ini tidak terlepas dari situasi AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Chatib Basri, Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menjelaskan, Trump telah mengumumkan kebijakan soal imigrasi. Dampaknya, AS akan kehilangan pekerja dengan upah rendah karena mengalami deportasi.

"Karena banyak pekerjaan di Amerika Serikat itu untuk terutama yang unskilled itu dipegang oleh pekerja-pekerja dengan upah yang rendah yang banyak dari mereka itu adalah undocumented workers," ungkap Chatib usai bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

Apabila pekerja tersebut diganti dengan warga AS atau pekerja resmi, maka pemberi kerja harus mengeluarkan upah tinggi. Masalah selanjutnya yang muncul adalah inflasi.

AS sudah berkutat dengan inflasi tinggi dalam tiga tahun terakhir selepas pandemi covid-19. Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed) terpaksa menaikkan suku bunga acuan secara agresif sehingga menimbulkan gejolak pada pasar keuangan.

Pada tahun lalu sebenarnya, inflasi sudah mulai melandai. The Fed bahkan sudah membuat ancang-ancang mengakhiri era suku bunga tinggi dengan memangkas suku bunga acuan. Sayangnya kehadiran Trump akan membuat rencana itu berhenti.

"Kalau inflasi di Amerika akan naik maka the Fed itu mungkin tidak mudah untuk menurunkan bunga bahkan mungkin akan meningkatkan bunga," jelasnya.

Fed fund rate kini ada di level 4,25-4,5%. Sementara BI rate berada di atasnya dengan 5,75% setelah pemangkasan sebesar 25 bps pada awal tahun.

Perubahan situasi akan menimbulkan gejolak baru pada pasar keuangan. Kenaikan yield pada US treasury akan mendorong aliran modal kembali ke AS dari Indonesia atau capital outflow.

Indeks Dolar AS yang kini berada pada level 107 diperkirakan terus menguat. Ini memukul banyak. mata uang dunia, termasuk rupiah. "Kemudian masalahnya adalah strong dolar," pungkasnya.


(emy/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penyebab Cadangan Devisa RI US$155,7 M: Utang Sampai Devisa Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular