Transformasi BNI Dinilai Bawa Imbas Positif. Bisa Jadi Saham Pilihan?

dpu, CNBC Indonesia
Senin, 20/01/2025 12:05 WIB
Foto: Dok: BNI

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan masih akan menunjukkan performa kuat tahun ini.

Berdasarkan riset terbaru dari CGS International (CGSI) yang ditulis oleh analis Handy Noverdanius dan Owen Chandra, perbankan nasional memang masih mengalami tantangan dalam waktu dekat terkait isulikuiditas. Akan tetapi, profitabilitas perbankan diproyeksikan tetap kuat.

"NIM (Net Interest Margin atau marjin bunga bersih) akan tetap kuat sepanjang 2025. Kami meyakini bahwa perbankan akan lebih rasional dalam 'mengejar' volume kredit tahun ini dibandingkan dengan 2 tahun terakhir, sejak pembukaan kembali aktivitas ekonomi usai pandemi Covid-19," sebutrisetitu dikutip Senin (20/1/2025).


Selain itu, CGIS juga memperkirakan biaya dana (cost of fund) akan membaik pada semester II-2025. Seiring tren penurunan suku bunga, biaya dana perbankan akan lebih efisien.

Hal tersebut terimbas dari keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%pada pekan lalu. Di pasar, bunga pun bergerak turun.

Per 17 Januari 2025, suku bunga referensi rupiah di pasar atau IndONIA berada di 5,75%, Turun dibandingkan hari sebelumnya yang sebesar 5,77% dan menjadi yang terendah sejak 12 Januari atau sekitar setahun terakhir.

Likuiditas perbankan juga diperkirakan membaik karena suku bunga Surat Utang Negara (SUN) dan Sekuritas Rupiah BI (SRBI) juga bergerak turun. Pada 17 Januari 2025, imbal hasil (yield) SUN tenor 10 tahun ditutup di 7,15%. Turun 1,2 bps dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak 7 Januari 2025 atau lebih dari sepekan terakhir.

Sementara dalam lelang 17 Januari 2025, rata-rata bunga SRBI untuk tenor 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan masing-masing adalah 6,85%, 6,91%, dan 6,98%. Turun cukup signifikan dibandingkan lelang 10 Januari 2025 yang masing-masing 7,06%, 7,1%, dan 7,23%.

Dengan perbaikan biaya dana dan likuiditas, maka perbankan bisa lebih leluasa dalam menyalurkan kredit. CGSI memperkirakan pertumbuhan kredit 4 bank besar akan mencapai 10% year-on-year (yoy) pada 2025.

"Saham pilihan kami untuk FY25F (tahun 2025) adalah BRIS dengan pertumbuhan EPS (laba per saham) yang solid, dan BBNI dengan valuasi yang menarik, namun belum mencerminkan perbaikan kualitas kredit dan franchise pendanaan," tulis riset CGSI.

Sebagai salah satu emiten yang layak menjadi perhatian pelaku pasarharga saham BBNI ditutup di posisi Rp 4.210 pada perdagangan 17 Januari 2025.

Adapun CGSI mematok target harga saham BBNI di Rp 6.000. Artinya, ada potensi keuntungan mencapai 42,52%.

"BBNI telah menunjukkan transformasi yang baik di bawah manajemen yang baru. Proporsi peminjam berkualitas tinggi telah meningkat secara konsisten, yang dibarengi dengan penurunan suku bunga yang lebih cepat dari yang diperkirakan, akan membantu biaya kredit, biaya dana dan profitabilitas selama beberapa tahun ke depan, menurut pandangan kami," papar riset CGSI.

Atas dasar itu, CGSI menempatkan BBNI sebagai salah satu saham perbankan yang bisa menjadi pilihan pelaku pasar.

"Biaya dana dan likuiditas akan membaik pada semester II-2025 dengan potensi tambahan dorongan dari efek positif kebijakan populis pemerintah," tambah riset CGSI.

Selain itu potensi pertumbuhan dari sektor wholesale BBNI menjadi salah satu daya tarik utama, selain stabilitas kinerja fundamentalnya.


(bul/bul)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kredit Perbankan Terhambat Risiko Ekonomi, Bankir Buka Suara