Investor Menanti Rilis Data Inflasi AS, Rupiah Dibuka Turun Tipis

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
11 December 2024 09:20
Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Foto: Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah dibuka melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (11/12/2024), di mana pergerakannya cenderung dipengaruhi oleh sentimen global.

Berdasarkan data Refinitiv pada pukul 09:00 WIB, rupiah dibuka turun tipis 0,06% ke posisi Rp 15.870/US$. Sebelumnya pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, rupiah ditutup stabil di posisi Rp 15.860/US$.

Pasar saat ini menanti rilis data inflasi AS periode November 2024 pada malam hari ini waktu Indonesia. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan bahwa inflasi umum naik 0,3% pada November secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Jika hal ini benar terjadi, maka probabilitas bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menurunkan suku bunganya di bulan ini akan semakin kecil mengingat angka inflasi yang terus meningkat.

Sejauh ini, menurut perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuannya masih cukup besar yakni mencapai 8,61%. Angka ini mengalami peningkatan dari sehari sebelumnya yang mencapai 85%.

Dengan meningkatnya probabilitas pasar yang memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuannya, maka sejatinya pasar masih cukup optimis bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan pekan depan.

Namun yang perlu diwaspadai adalah pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang menekankan kehati-hatian mengenai pendekatan bank sentral dalam melonggarkan kebijakan moneter karena ketahanan ekonomi.

Hal ini karena data tenaga kerja di AS makin pulih, membuat kemungkinan The Fed akan kembali merubah sikapnya pada pertemuan terakhir di 2024.

Sebelumnya, inflasi AS naik tipis pada bulan Oktober karena The Federal Reserve (The Fed) mencari petunjuk tentang seberapa besar penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Cetak Rekor Terkuat Sejak Awal Tahun, Dolar Turun ke Rp 15.430

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular