Terusir dari Indonesia, Sosok Ini Balas Dendam Jadi Raja Hotel Dunia

Redaksi, CNBC Indonesia
19 November 2024 15:05
PHUKET, THAILAND - 2007/12/20: Inside a residential villa at Amanpuri on Pansea Beach in Phuket. The flagship Aman resort was the first property to introduce residences inside resorts in Phuket more than 20 years ago, a trend that is currently taking off on the island. Largely classified as the island's best appointed resort, Amanpuri's residential villas rarely come up for sale; those few that do, do at undisclosed prices and are never advertised.

Tagged "the new Ibiza", Phuket is currently experiencing a property boom, with tourist numbers doubling those of pre-tsunami and every last slice of undeveloped coastline snapped up by investors and hotel groups. Some say the boom is because of the tsunami, which put Phuket on the front page of every newspaper in the world. International hotel brands including Four Season's, Raffles and Jumeriah have big resorts (most including residential villas) underway, with villas topping the US$10 million mark. Phillip Starck together with Jean-Michel Gathy and Amanresorts founder Adrian Zecha are building a new hotel and residential property, and Gulu Lalvani, who is currently building the Royal Phuket Marina, is also preparing to build a man-made island off Phuket's east coast capable of berthing super yachts. (Photo by Leisa Tyler/LightRocket via Getty Images)
Foto: LightRocket via Getty Images/Leisa Tyler

Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka, pria asal Indonesia sukses di negeri orang menjadi raja hotel dunia. Adrian Willem Ban Kwie Lauw-Zecha alias Adrian Zecha sukses membangun jaringan hotel ternama dunia, yaitu Aman Resort.
Pria asal Sukabumi ini mendirikan perusahaan perhotelan dunia pada 1988 dan sudah beroperasi di 20 negara. Saat ini, CEO Aman adalah warga Rusia bernama Vladislav Doronin.

Namun, jauh sebelum dikuasai oleh Doronin, Aman Group didirikan oleh Adrian Zecha.

Adrian Zecha lahir di Sukabumi pada 1933. Dia tumbuh besar di keluarga Tionghoa terhormat, juga kaya raya. Mely Tan dalam The Chinese of Sukabumi (1963) menyebut, keluarganya dikenal sebagai 'cabang atas' yang merujuk pada keluarga Tionghoa tajir melintir dan sukses di Indonesia.

Bapaknya, William Lauw-Zecha, adalah orang Indonesia pertama yang lulus dari Lowa University, AS, pada 1923. Sedangkan, saudara-saudaranya sukses menempati jabatan tertinggi di pemerintahan masa kolonial. Dari keistimewaan itu tak heran kalau Adrian mendapat banyak kemudahan.

Dia tercatat pernah kuliah di Pennsylvania sekitar 1950-an. Namun, kedudukan keluarganya di Indonesia yang terhormat hancur pada tahun 1956-1957.

Pada saat itu, Sukarno melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia. Nasionalisasi itu dibarengi pula oleh meningkatkan sentimen terhadap warga non-Indonesia. Akibatnya bisnis keluarga Zecha terpaksa diambil negara. Mereka sekeluarga juga harus angkat kaki dan bermukim di Singapura.

Beruntung, pada kejadian itu Adrian masih berada di AS karena dia lanjut kerja sebagai jurnalis di Time. Ya, jauh sebelum bisnis hotel pada 1988, Adrian menjalani karir sebagai jurnalis wisata di berbagai media.

Menjadi jurnalis wisata membuatnya bisa berkeliling dunia, dari satu tempat wisata ke tempat lain. Karena inilah minatnya tumbuh di bidang wisata dan perhotelan. Martin Roll dalam Asian Brand Strategy (2015) memaparkan persentuhan pertama Adrian dengan bisnis hotel terjadi pada 1972. Saat itu dia turut membangun Regent International Hotels sebelum akhirnya mendirikan hotel sendiri pada 1988.

Cerita pendirian hotel sendiri olehnya pun terbilang menarik. Pendirian itu disebabkan karena Adrian tidak suka dengan konsep hotel saat itu di dunia, yang menawarkan ruangan besar dengan tingkat kelas berbeda. Baginya, konsep seperti ini mengharuskan hotel berdiri dengan bangunan besar dan menutupi keindahan lokasi wisatanya.

Alhasil, dia ingin membangun hotel berkonsep berbeda: eksklusif dan kecil, hanya ada 50 kamar saja. Bentuk yang kecil ini membuat lokasi wisata di daerah terpencil bisa memiliki hotel.

Wujud nyata dari konsep ini dilakukan di Phuket, Thailand. Dia bersama temannya, Anil Thadani, patungan dan membangun hotel disana dengan biaya US$ 4 juta.

Pada Desember 1987, hotel itu selesai dibangun dan diberi nama Amanpuri. Sesuai namanya "Aman" diambil dari Bahasa Sansakerta, berarti "Damai". Dia ingin hotel yang dibangunnya memberi rasa damai kepada para pengunjung.

Berdasarkan filosofi pendiriannya, Amanpuri memiliki kurang dari 50 kamar yang bertujuan untuk menjaga eksklusif pada para pengunjung. Jadi, makin sedikit kamar yang ada, Adrian memang pelayanan yang diberikan akan maksimal, sehingga akan menyenangkan pengunjung. Ini berbeda dengan hotel lain yang kurang memperhatikan pelayanan jumlah kamar yang banyak.

Masih mengutip Asian Brand Strategy (2015), dengan strategi seperti itu, Adrian dan Aman sukses memberikan pengalaman berbeda kepada tamu, yang membuatnya makin terkenal. Selain karena itu, kesuksesan ini disebabkan oleh kepiawaian Aman yang mampu mencari lokasi di tempat wisata terpencil.

Jadi, begitu ada lokasi wisata terpencil, Adrian langsung memilih dan mendirikan Aman.

Kini, Hotel Aman telah menjelma jadi salah satu perusahaan perhotelan terbesar di dunia. Jika Anda melihat nama hotel memiliki nama depan "Aman", seperti Amanjiwo, Amanpuri, Amankila, dan lainnya, maka itu berada di bawah naungan Aman Group yang didirikan pria asal Sukabumi itu.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sosok Raja Hotel Dunia, Balas Dendam Usai Terusir dari RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular