Ada RDG BI Pekan Ini, Rupiah Dibuka Menguat ke Rp15.840/US$

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 18/11/2024 09:21 WIB
Foto: Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis pada perdagangan hari ini di tengah indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melandai.

Berdasarkan data Refinitiv pada pembukaan perdagangan Senin (18/11/2024) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat US$15.840 per US$, menguat 0,06% dari posisi sebelumnya.

Penguatan dolar dipengaruhi oleh indeks dolar yang melandai. Pada Senin 18/11/2024) pukul 9.05 WIB, DXY turun 0,04% ke 106.64.


Pekan ini para pelaku pasar perlu fokus ke dua data penting dari Bank Indonesia yang akan memengaruhi gerak rupiah.

Pertama yang wajib diperhatikan oleh para pelaku pasar adalah Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) juga mulai diselenggarakan hingga Rabu (20/11/2024). Salah satu hal yang ditunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga BI (BI rate) periode November 2024.

Pada hari yang sama, BI akan merilis deposit facility rate dan lending facility rate.

Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.

Keesokan harinya, (21/11/2024), BI akan merilis angka transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk kuartal III-2024.

Sebelumnya pada kuartal II-2024, tercatat defisit transaksi berjalan Indonesia melebar menjadi US$ 3,02 miliar, dibandingkan dengan US$ 2,50 miliar pada kuartal sebelumnya, mencatatkan defisit untuk kuartal kelima berturut-turut dan setara dengan 0,9% dari PDB negara.

Pembacaan terbaru ini menandai defisit transaksi berjalan terbesar sejak kuartal pertama 2020, seiring dengan lonjakan defisit akun jasa yang mencapai US$ 5,15 miliar, tertinggi dalam enam kuartal, dibandingkan dengan US$ 4,60 miliar pada tahun sebelumnya, akibat meningkatnya defisit layanan perjalanan.


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Belum Menguat Seperti Mata Uang Lain, Ini Kata Ekonom