Deposito Individu Tumbuh Minus, Dana Geser ke Giro dan Surat Berharga
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan deposito di perbankan nasional merosot pada sembilan bulan pertama tahun ini. Bank Indonesia (BI) mencatat simpanan berjangka rupiah dan valuta asing (valas) tumbuh 4,6% secara tahunan atau year on year (yoy) pada September 2024. Pertumbuhan itu turun dari sebulan sebelumnya sebesar 5,4% yoy.
Berdasarkan golongan nasabah, simpanan berjangka perorangan yang paling terpuruk, yakni tumbuh -2,7% yoy menjadi Rp1.442,7 triliun pada September 2024. Penurunan itu makin besar dari sebulan sebelumnya yang tumbuh -2,0% yoy.
Sementara itu, pertumbuhan deposito korporasi turun tipis mejadi 14,0% yoy menjadi Rp1.538,5 triliun per September 2024, setelah sebulan sebelumnya tumbuh 15,4%.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae, hal ini justru menunjukkan adanya pergerakan aktivitas bisnis. Sebab, penurunan deposito diikuti dengan peningkatan kredit dan tumbuhnya giro.
"Justru kalau kita melihat dengan peningkatan kredit ya, yang cukup signifikan terus demikian dengan juga nampaknya menunjukkan economic growth almost stable di angka 5%, nampaknya pergeseran itu," ujar Dian saat ditemui di Hermes Palace Hotel Kota Banda Aceh beberapa waktu lalu.
"Itu menunjukkan bahwa giro itu kan untuk aktivitas bisnis, jarang orang seperti saya atau orang-orang lain. Biasa itu menggeser ke giro atau menarik giro. Emang giro itu untuk aktivitas bisnis memang artinya sebetulnya itu masih nyaris searah perkembangannya. Giro semakin aktif gitu, itu menandakan kegiatan ekonomi kita semakin aktif."
Faktanya, pertumbuhan giro perorangan lebih ambruk daripada deposito. Tercatat, giro perorangan tumbuh -31,0% yoy menjadi Rp160,1 triliun per September 2024. Itu lebih parah dari sebulan sebelumnya yang tumbuh -23,1% yoy.
Sementara giro korporasi tumbuh double digit, yakni 12,4% yoy menjadi Rp2.091,2 triliun per. Sebulan sebelumnya, giro korporasi juga tumbuh double digit, sebesar 11,9% yoy.
Senada, Bank CIMB Niaga melihat adanya penurunan deposito individual, sementara giro cukup bertumbuh.
"Kami melihat memang Tabungan SA individual yang sedang tight, sehingga pertumbuhan hanya di bawah 5%. Giro yang masih cukup bagus," kata Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan saat dihubungi CNBC Indonesia belum lama ini.
Menurutnya, penurunan deposito perorangan disebabkan oleh pergeseran ke instrumen lain oleh nasabah kaya, sementara nasabah menengah ke bawah masih makan tabungan.
"Untuk segment nasabah prima, karena ada instrumen lainnya. Tetapi segment nasabah mass, kelihatannya level tabungan memang menurun karena terpakai," pungkas bos bank swasta terbesar kedua RI itu.
Bank swasta terbesar RI, Bank Central Asia (BCA) juga mengakui adanya kemerosotan pada deposito nasabah. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja melihat penyebabnya adalah terjadinya pergeseran alokasi dana deposito terhadap surat-surat berharga.
Jahja mencontohkan di bank pimpinannya sendiri, bunga deposito hanya sekitaran 3% hingga 3,25%. Ia mengatakan bank-bank lain mungkin menawarkan special rate, namun counter rate juga di sekitaran 3,25%.
"Ya meskipun ada negosiasi special rate kalau jumlahnya besar, tapi kan nggak semua deposan memiliki dana besar," kata Jahja saat paparan kinerja BCA kuartal III-2024 secara virtual.
Sementara itu, instrumen-instrumen surat berharga seperti SRBI, SBN, SBN ORI, menawarkan bunga hingga 6%, yang jauh lebih menarik.
"Ya, jadi godaannya itu sangat tinggi untuk memindahkan sebagian dari dana-dana deposito yang betul-betul mereka tidak pakai, karena memang ada tetap perbedaannya. Masuk ke SBN itu berarti kita lock-in untuk jangka yang lebih panjang," terang Jahja.
Ia memandang, para nasabah kebanyakan hanya menempatkan dananya di deposit perbankan selama sekitar satu hingga tiga bulan.
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menambahkan, deposito perorangan secara nasional yang tumbuh -2% yoy per September 2024, diikuti dengan pertumbuhan investasi individu di surat berharga sebesar 12,4% yoy.
(fsd/fsd)