Prabowo-Gibran Dilantik Bulan Depan, Periode Wait & See Berakhir

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
26 September 2024 21:20
Penjual menata pigura foto Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di kawasan Pasar Baru, Jakarta, Kamis (25/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Penjual menata pigura foto Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di kawasan Pasar Baru, Jakarta, Kamis (25/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai periode wait and see yang panjang pada saat Pilpres 2024, ekspektasi pelaku pasar kini dinilai telah tercermin menjelang pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming pada 20 Oktober 2024 mendatang.

Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengatakan, ekspektasi pelaku pasar akan pelantikan Presiden telah tercermin melalui harga saham saat ini, atau sudah price in.

"Kalau kita lihat hasil dari sisi pemilu sudah di price-in di bulan Februari ya, jadi sebenarnya pasar harusnya tinggal melihat mungkin mereka pasti akan menganalisa lagi kira-kira kebijakan-kebijakan barunya yang akan difokuskan di satu bulan pertama seperti apa," jelas Joezer dalam Mandiri Makro & Market Brief, Kamis, (26/9/2024).

Sebagaimana diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per penutupan perdagangan hari ini berada di level Rp7.744 dan naik 0,05% dari hari sebelumnya. Sementara itu, kapitalisasi pasarnya pada hari ini tercatat sebesar Rp12.993,82 triliun.

Selama periode enam bulan, atau sejak Maret usai pengumuman hasil Pilpres, IHSG telah menguat 6,86%. Sementara asing pun mencatatkan inflow net foreign buy di seluruh pasar sebesar Rp37,83 triliun dalam enam bulan terakhir.

Joezer melihat, kedepan, aliran dana asing akan terus masuk ke Indonesia. Hal ini ditopang oleh pelonggaran suku bunga The Fed yang akan berlanjut di periode berikutnya.

"Harusnya kalau kita lihat di situ berarti the Fed ini tidak expect ada hard landing, gitu ya. Jadi dengan seperti itu, saya rasa aliran modal asing harusnya akan tetap besar," tuturnya.

Jika tren penurunan suku bunga berlanjut, akan ada pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal, penguatan nilai tukar Rupiah. Sehingga pihaknya melihat peluang yang lebih tinggi bagi IHSG untuk mencapai skenario bull-case di Rp8.000 pada akhir tahun ini.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menko Airlangga Yakinkan Investor: RI Aman & Baik-baik Saja

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular