Was-Was Indeks Dolar Melambung, Rupiah Rawan Melemah!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
24 September 2024 08:05
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau mulai melemah setelah menguat signifikan beberapa hari akibat indeks dolar AS (DXY) kembali melambung.

Melansir dari Refinitiv, mata uang Garuda ditutup di angka Rp15.195/US$ pada perdagangan kemarin Senin (23/9/2024), melemah 0,33% dari penutupan sebelumnya.

Pelemahan rupiah terjadi akibat tekanan indeks dolar AS (DXY) dan imbal hasil US Treasury yang merangkak lagi.

Indeks dolar ditutup menguat 100,851 pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang terkuat dalam empat hari terakhir. Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun naik ke 3,74% atau tertinggi dalam tiga hari terakhir. Imbal hasil kembali ke level 3,7% setelah lama turun ke 3,6%.

Kenaikan indeks dolar dan imbal hasil US Treasury patut diperhatikan pasar. Pasalnya, kondisi tersebut bisa kembali membawa investor asing balik ke AS yang membuat rupiah bisa terus

tertekan.

Meski begitu, aliran dana asing masih mencatatkan net buy ke pasar keuangan RI. Adapun sepanjang tahun ini, berdasarkan data pasar, asing di pasar saham RI sudah melakukan net buy sebesar Rp 56,12 triliun, yakni di pasar reguler sebesar Rp 8,44 triliun dan di pasar tunai dan negosiasi sebesar Rp 47,68 triliun.

Berdasarkan pemantauan CNBC Indonesia Research, sejak awal 2023 hingga saat ini, total net foreign inflow sejumlah Rp 25,6 triliun merupakan yang terbesar dan derasnya dana asing ke SBN juga merupakan yang terbesar dalam lebih dari 1,5 tahun terakhir.

Hal ini tak lepas dari semakin menariknya pasar keuangan domestik pasca The Fed memangkas suku bunganya dengan cukup besar yakni 50 bps didorong oleh meredanya inflasi serta angka ketenagakerjaan yang terus mendingin.

Selain itu, dalam konferensi pers APBN per Agustus 2024 yang disampaikan kemarin. Sri Mulyani juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 akan tumbuh di kisaran 5,06%.

"Kami memperkirakan untuk kuartal III masih akan relatif stabil di atas 5%. Menurut estimasi di BKF (Badan Kebijakan Fiskal) 5,06%, jadi ini mungkin masih akan on track disekitar angka tersebut," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers APBN di kantornya, Jakarta, Senin (23/9/2024).

Dengan perkiraan itu, dia mengatakan target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2024 masih akan sesuai perkiraan yakni di kisaran 5,2%.

Sebab, pada kuartal II-2024, realisasi pertumbuhan ekonomi RI di kisaran 5,05% secara tahunan (yoy). Semester I-2024 secara kumulatif atau cumulative to cumulative (ctc) tumbuh 5,08%.

"Untuk sampai dengan kuartal III-2024, kami perkirakan masih akan terjaga momentumnya," ucap Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, terjaganya pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% ini akan menjadi capaian yang baik bagi Indonesia di tengah lingkungan global yang terus dinamis.

Teknikal Rupiah

Pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS masih terpantau dalam tren penguatan mengikuti garis MA20 per jam, meskipun ada pelemahan kemarin.

Jika pelemahan dalam sehari kemarin masih lanjut, pelaku pasar patut mewaspadai resistance terdekat di Rp15.270/US$ yang didapat dari garis MA100. Sementara untuk support sebagai area yang dicermati untuk penguatan terdekat ada di Rp15.090/US$ yang didapat dari low candle 20 September 2024.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potensi Penguatan Rupiah di Tengah Tekanan Indeks Dolar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular