
Timah (TINS) Pecah Rekor Produksi 2019, Apa Peran Harvey Moeis?

Jakarta, CNBC Indonesia - Penambangan ilegal yang masif terjadi medio tahun 2019 disebut berkontribusi pada volume produksi PT Timah (Persero) Tbk (TINS). Di saat itu, perusahaan pelat merah ini berhasil memproduksi 76.389 metrik ton timah.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Mantan Kepala Bidang Pengawasan Tambang dan Pengangkutan PT Timah Tbk Musda Anshori dalam sidang pembuktian saksi kasus dugaan korupsi PT Timah, di PN Tipikor Jakarta, Senin, (2/9/2024).
"25 ribu metrik ton targetnya per tahun normalnya, kadang tercapai kadang tidak. Di 2019 naik jadi 76 ribu," ucap Musda di depan majelis hakim.
Ia pun menjelaskan bahwa peningkatan produksi ini terjadi setelah adanya perjanjian dengan lima smelter swasta untuk diberikan jatah lima persen produksi bijih timah dari kuota ekspor smelter swasta dan sewa peralatan processing (pengolahan) untuk penglogaman timah.
Kelima smelter ini adalah PT Refined Bangka Tin (RBT), CV Venus Inti Perkasa, PT Sariwiguna Binasentosa, PT Stanindo Inti Perkasa, serta PT Tinindo Internusa. Sementara Harvey Moeis, istri Sandra Dewi diketehui menjadi perpanjangan tangan para direksi PT RBT, yaitu Suparta dan Reza Adriansyah.
Saat ditanya tentang maraknya penambangan ilegal pada 2019, Musda membenarkan bahwa penambangan ilegal makin banyak dilakukan baik oleh masyarakat maupun badan hukum tanpa izin resmi.
Penambangan ilegal ini, menurut Musda, dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggunaan alat berat hingga alat yang cukup canggih. Dengan adanya kompetisi dengan perusahaan swasta tersebut, produksi timah yang dimiliki langsung oleh perseroan pun menjadi terkikis pada 2018.
"Produksi baloknya sekitar 75% itu malah dari kompetitor kita, 25% dari PT Timah. Padahal di wilayah IUP, perusahaan tambang kamilah yang memiliki paling luas sekitar 95%," ujar Musda.
Ditemui terpisah, Kuasa Hukum Harvey Moeis Andi Ahmad tak menampik pada 2019 PT Timah menjadi nomor 1 pengekspor logam terbesar di dunia. Pada saat itu PT RBT menjadi bagian dalam pemenuhan target tersebut.
"Bagaimana untuk mencapai menjadi pengekspor terbesar di dunia, sedangkan infrastrukturnya tidak mencukupi? maka memang harus ditemukan cara untuk bekerjasama dengan pihak tiga, dengan pihak swasta," tutur Andi saat ditemui usai sidang.
Melansir laporan kinerja operasional di situs webnya, PT Timah mencatatkan produksi logam timah sebanyak 76.389 metrik ton pada 2019. Sementara total produksi bijih timahnya mencapai 83.502 ton sn.
Adapun volume penjualan logam timah pada saat itu tercatat sebanyak 67.704 metrik ton dengan harga jual rata-rata US$18,569/ton.
Namun, produksi logam timah itu pun mengalami tren penurunan sepanjang tahun berikutnya. Terbukti, produksi logam timah TINS pada 2020 mencapai 45.698 metrik ton, 2021 sebesar 26.465 metrik ton, 2022 sebesar 19.825 metrik ton, dan 2023 sebesar 15.340 metrik ton.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erick Thohir Rombak Direksi PT Timah (TINS), Ini Susunan Terbarunya