
IHSG Cetak Rekor ATH Usai Transaksi Nego Rp 100 Triliun Saham BYAN

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berbalik menguat dan kembali mencetak rekor intraday pada perdagangan sesi I Rabu (28/8/2024), setelah sempat 'galau' pada awal sesi I hari ini.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,37% ke posisi 7.625,83. Bahkan, IHSG kembali menyentuh rekor tertinggi sementaranya pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sangat ramai yakni sudah mencapai sekitar Rp 110 triliun dengan melibatkan 18 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 770.677 kali.
Adapun nilai transaksi terbilang jumbo setelah adanya transaksi crossing jumbo dari saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Melansir data RTI, transaksi yang sudah terjadi di saham BYAN dari pasar negosiasi mencapai Rp 101,8 triliun, dengan harga per saham ditetapkan Rp 13.888. Total volume transaksi mencapai 7,33 miliar lembar saham.
Belum diketahui siapa pembeli saham BYAN dan pernyataan resmi perusahaan terkait transaksi dengan porsi jumbo ini.
Secara sektoral, sektor properti menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 3,59%.
Sementara dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 15 indeks poin.
Sedangkan untuk saham BYAN berada di posisi ketiga, di mana saham BYAN turut membantu penguatan IHSG sebesar 5,5 indeks poin.
Berikut daftar saham yang menjadi penopang atau movers IHSG pada sesi I hari ini.
IHSG cendrung menguat di tengah optimisme pasar global didorong oleh peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Amerika Serikat (AS) yang mencapai 103,3 pada bulan ini, menjadi level tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Kepercayaan konsumen AS meningkat dari 101,9 pada Juli lalu, meskipun para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks ini akan tetap di sekitar angka 100,3.
Kenaikan ini mencerminkan optimisme terhadap prospek ekonomi AS, meskipun terdapat kekhawatiran mengenai kondisi pasar tenaga kerja setelah tingkat pengangguran naik mendekati level tertinggi dalam tiga tahun, yaitu 4,3% pada periode sebelumnya.
Indeks Ekspektasi Conference Board, yang mengukur pandangan konsumen terhadap pendapatan, bisnis, dan kondisi pasar tenaga kerja dalam jangka pendek, juga meningkat menjadi 82,5, level tertinggi sejak Agustus 2023, naik dari 81,1 pada bulan Juli.
Namun, konsumen tetap menunjukkan kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja, dengan persentase yang menganggap pekerjaan "banyak tersedia" turun menjadi 32,8% dari 33,4% pada bulan sebelumnya.
Meskipun inflasi telah menurun signifikan, pasar tenaga kerja yang kurang ketat menjadi alasan tambahan bagi bank sentral untuk mempertimbangkan penyesuaian kebijakan.
Pelaku pasar menunjukkan bahwa kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunganya pada pertemuan 18 September 2024 sebesar 71,5%.
Pasar melihat peluang The Fed memangkas 25 basis poin ke target 5,00%-5,25% pada pertemuan tersebut,
Sementara itu, pasar memperkirakan tetap ada peluang bagi The Fed untuk memangkas sebesar 50 basis poin.
Pemangkasan pada September diperkirakan tidak akan terjadi sekali pada sisa akhir tahun ini. Namun juga akan diikuti pemangkasan pada November dan Desember.
Masing-masing 25 basis poin dan 50 baisi poin. Sehingga pada akhir tahun diperkirakan suku bunga The Fed akan berada di target 4,25% hingga 4,5% atau turun sebesar 100 basis poin.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an