Harga Nikel Anjlok Bikin Laba Turun, Vale (INCO) Tetap Bagi Dividen?
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang nikel grup MIND ID PT Vale Indonesia Tbk. (MIND) menjelaskan penyebab kinerja keuangannya yang menurun pada paruh pertama tahun ini. Adapun laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INCO tercatat anjlok 82% menjadi sebesar US$37,28 juta pada semester I-2024, dan pendapatan perusahaan sebesar 27,3% yoy menjadi US$478,75 juta.
Direktur INCO Rizky Andhika Putra mengatakan penyebab yang paling berdampak pada pendapatan adalah penurunan harga nikel. Ia membandingkan tahun lalu, harga referensi nikel di LME berada di kisaran US$22.000 per ton. Namun saat ini, harga nikel di LME sudah anjlok di sekitaran US$16.000 per ton.
"Secara volume sebetulnya secara first half 2024, kami mencatatkan volume produksi yang secara komparatif cukup baik. Tapi memang impact harganya cukup dalam," kata Rizki dalam Public Expose Live BEI 2024 secara virtual, Senin (26/8/2024).
Berdasarkan berbagai konsensus pendapat, ia mengatakan harga nikel bakal berada di kisaran yang US$16.000 per ton hingga akhir tahu. Meskipun begitu, Rizki mengatakan Vale Indonesia bakal menjaga biaya produksi dalam tingkat yang cukup sehat.
"Secara volume kembali lagi kami sampaikan kami cukup yakin sampai dengan akhir tahun kami akan bisa mencapai target produksi kami," ujarnya.
Di tengah ambruknya harga nikel, Vale Indonesia menaruh perhatiannya pada biaya leadership dan juga efisiensi biaya produksi. Selain itu, Rizki mengatakan pihaknya juga fokus untuk mencari potensi-potensi pengembangan dan juga pengefisiensian dari operational yang sudah ada.
"Tentu healthy margin, healthy operational margin dan juga safety tetap menjadi prioritas kami dalam beroperasionalisasi ke depannya," jelasnya.
Rizki kemudian membeberkan Vale Indonesia saat ini sudah sejalan dalam target produksi nikel 70,8 ribu ton hingga akhir tahun. Perusahaan pun berupaya menjaga biaya untuk tetap di bawah level US$10.000 per ton.
Lebih lanjut, Rizki mengatakan bahwa pembagian dividen tahun buku 2024 perlu dipertimbangkan kembali. Sebab, pertumbuhan bisnis menjadi prioritas utama Vale Indonesia. Belum lagi, rencana belanja modal (capex) tahun ini cukup besar, diperkirakan bakal mencapai US$400 juta.
(fsd/fsd)