Menanti Simposium The Fed Vs Efek Demo, Bisakah Rupiah Happy Weekend?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
23 August 2024 08:15
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Demo aksi darurat Indonesia membuat situasi politik dalam negeri memanas. Pasar keuangan RI pun kena imbasnya, salah satunya rupiah ambruk cukup dalam.

Melansir Refinitiv, upiah terpantau ambles di hadapan dolar AS sebesar 0,74% ke level Rp15.595/US$ pada penutupan kemarin, Kamis (22/8/2024). Hal ini semakin memperpanjang tren pelemahan rupiah yakni menjadi dua hari beruntun.

Depresiasi rupiah kemarin juga merupakan pelemahan terbesar sejak perdagangan 14 Juni 2024. Saat itu rupiah ambruk 0,8% dalam sehari.

Pasar keuangan domestik mengalami tekanan bersamaan dengan momentum situasi politik dalam negeri yang memanas.

Seperti diketahui, aksi demo besar-besaran mahasiswa dan buruh digelar kemarin. Aksi demo adalah bentuk protes atas keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Aksi ini bahkan hingga menyebabkan pagar di belakang gedung DPR pun berhasil dirobohkan oleh kalangan mahasiswa yang berunjuk rasa. Di hari biasa, gerbang ini biasa digunakan sebagai tempat masuk mobil.

Setelah dirobohkan, pendemo tidak merangsek masuk ke area DPR. Mereka bertahan di gerbang yang dirobohkan sambil bernyanyi lagu Tanah Air bersama-sama. Selain itu, mereka juga menyanyikan lagu lainnya.

Sejumlah mahasiswa juga menaiki gerbang yang roboh itu dan membacakan orasi yang menolak pengesahan Revisi Undang-Undang (RUU) Pilkada. Mereka menuding Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggunakan DPR untuk melanggengkan kekuasaannya lewat revisi UU Pilkada yang mengangkangi putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Dari dalam negeri, adapun data yang bakal mempengaruhi rupiah terkait hasil transaksi berjalan dan NPI pada kuartal II-2024 yang terpantau kembali mengalami defisit. Hal ini sesuai dengan proyeksi BI bahwa defisit masih akan dialami Indonesia.

Pada kuartal II-2024, transaksi berjalan mencatat defisit US$3 miliar atau 0,9% dari PDB.

Defisit ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal II-2023, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$1,9 miliar atau 0,5% dari PDB.

Sementara itu, dari eksternal akan ada Simposium Jackson Hole ke 47. Pertemuan ini mengusung tema ""Reassessing the Effectiveness and Transmission of Monetary Policy."

Dalam simposium tersebut, para peserta yang hadir akan membahas isu-isu perekonomian dunia saat ini.

Acara ini menarik perhatian investor karena Teh Fed biasanya akan menyampaikan pidato formal dan wawancara yang dapat memberikan dampak yang cukup berat bagi pasar ke depan.

Melalui simposium tahun ini, Chairman The Fed Jerome Powell diharapkan bisa memberikan petunjuk yang lebih jelas mengenai arah suku bunga ke depan, kapan pemangkasan, hingga apakah inflasi saat ini sudah cukup memberi ruang bagi pemangkasan suku bunga.

Investor juga berharap Powell akan menyampaikan pandangannya mengenai meningkatnya tingkat pengangguran. Seperti diketahui, inflasi AS melandai ke 2,9% pada Juli 2029 yang merupakan terendah sejak Maret 2021.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu daily, pergerakan rupiah yang terpantau melemah dua hari beruntun membuat tren mulai ke arah konsolidasi dari menguat tajam pada pekan ini.

Rupiah dalam melawan dolar AS bergerak sideways dari support Rp15,422/US$ yang merupakan low candle intraday 20 Agustus 2024. Sementara resistance sebagai antisipasi jika melemah lagi di Rp15.735/US$ yang merupakan high candle intraday 16 Agustus 2024.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Masih Labil, Dolar Dibuka Turun Tipis ke Rp16.490

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular