
Melesat 11,79%, Saham BRI (BBRI) Balik Ke Rp 5.000-an Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perbankan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang kapitalisasi pasarnya menjadi terbesar pertama yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terpantau melesat pada perdagangan sesi I Rabu (21/8/2024).
Hingga pukul 12:00 WIB, saham BBRI melonjak 2,02% ke posisi harga Rp 5.050/unit. Saham BBRI pun berhasil kembali menyentuh level psikologis Rp 5.000/unit, setelah mendekam di level Rp 4.000-an selama empat bulan terakhir.
Secara pergerakan sahamnya, dalam sepekan terakhir, BBRI sudah melesat 4,77%, sedangkan selama sebulan terakhir melonjak 5,65%. Namun sepanjang tahun ini BBRI masih terkoreksi 11,79%.
Saham BBRI pada sesi I hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 31.486 kali dengan volume sebesar 208,23 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 1,05 triliun. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 765,37 triliun.
Hingga pukul 12:00 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 5.000/unit, menjadi antrean beli paling banyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 180.234 lot atau sekitar Rp 90 miliar
Sedangkan di order offer atau jual, di harga Rp 5.100/unit, menjadi antrean jual terbanyak pada sesi I hari ini, yakni mencapai 308.223 lot atau sekitar Rp 157 miliar.
Saham BBRI akhirnya berhasil melesat kembali ke level psikologisnya di Rp 5.000/saham pada sesi I hari ini, setelah selama enam bulan merana. Makin membaiknya BBRI terjadi di tengah banyaknya sentimen positif yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan dan saham kedepannya.
Adanya sentimen positif dari potensi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) dapat berdampak kepada tingkat penyaluran kredit perbankan, termasuk bank-bank raksasa utamanya BBRI.
The Fed diprediksi akan memulai berakhirnya era suku bunga tinggi pada pertemuan edisi September mendatang. The Fed juga sebelumnya sudah mulai mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuan jika inflasi terus mendingin.
Kemudian, BI diprediksi memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 50 basis poin (bp) pada periode September-Desember tahun ini dan melakukan penurunan 50 bp kembali pada semester I-2025.
Alhasil, ketika suku bunga sudah lebih rendah, maka perbankan dapat dengan mudah menyalurkan kreditnya karena tingkat kredit perbankan akan lebih terjangkau dan masyarakat akan cenderung kembali mengambil kredit.
BBRI yang dikenal sebagai 'bank UMKM' ini tentunya akan semakin lancar menyalurkan kreditnya kepada UMKM di Indonesia jika suku bunga global terus menurun.
Di lain sisi, JPMorgan yang menaikkan peringkat BBRI pada Mei lalu juga membuat pelaku pasar kembali melirik saham BBRI.
Menurut riset Asia Pacific Equity Research J.P. Morgan, BBRI adalah juara pinjaman mikro di Indonesia. Bank ini memiliki pinjaman mikro sekitar 50% dari keseluruhan pinjamannya, dan merupakan salah satu bisnis pinjaman mikro yang paling efisien sepanjang siklus ini, dan juga di kawasan ini.
Penulis riset tersebut, Harsh Wardhan Modi, mengatakan bank pelat merah itu untuk sementara sedang menjalani tahap di mana kualitas aset mikro memburuk, sebagai imbas dari ekonomi makro, yakni inflasi yang tinggi dan belanja fiskal yang lemah. Permasalahan makro mungkin memerlukan waktu untuk diselesaikan sepenuhnya, namun perbaikan proses telah dimulai.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan pelemahan kualitas aset akan membaik dalam beberapa kuartal ke depan," kata Modi, dikutip Selasa (7/5/2024).
Ia menyebut BRI akan menikmati manfaat penurunan suku bunga karena tingginya proporsi pinjaman dengan suku bunga tetap. J.P. Morgan memperkirakan sensitivitas ini akan menjadi katalis pada akhir tahun.
"Kami yakin bahwa perusahaan sudah mendekati akhir dari konsensus revisi pendapatan negatif, dan oleh karena itu harga sahamnya sudah mendekati titik terendah. Valuasi sebesar 11,9x/10,1x 2024E/25E P/E, dan 2,26/2,11x 2024E/25E P/BV berada di batas bawah rentang historis, sehingga menciptakan titik masuk yang menarik, menurut pandangan kami," jelasnya.
Dari kinerja keuangan per semester pertama 2024, BBRI membukukan laba bersih Rp 29,9 triliun, tumbuh 1,13% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada semester I-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp 29,56 triliun.
Pencapaian tersebut tidak terlepas dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp 69,93 triliun, naik 6,7% yoy dari setahun sebelumnya Rp 65,54 triliun.
Pada fungsi intermediasi, penyaluran kredit BRI yang tercatat sebesar Rp 1.336,78 triliun, tumbuh 11,2% yoy pada periode Juni 2024. Dari jumlah tersebut, kredit UMKM tercatat sebesar Rp 1.095,64 triliun, atau menyumbang komposisi sebesar 81,95%.
Kualitas kredit pun terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 3,21% dan NPL net sebesar 0,86% per Juni 2024. BRI juga mencatatkan NPL coverage sebesar 211,60%.
Pada penghimpunan dana, BRI berhasil mencatatkan total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 1.389,66 triliun, tumbuh 11,41% yoy. Dengan komposisi dana murah atau current account savings account (CASA) sebesar 63,17%.
Dengan begitu, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BRI sebesar 86,59% per enam bulan pertama tahun ini.
Aset BRI pun tercatat melonjak 9,54% yoy menjadi Rp 1.977,37 triliun pada semester I-2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham BBRI Ngacir 2% Lebih, Ini Penyebabnya
