IHSG Bakal ke 8.000 di Akhir Tahun, Ini Penyebabnya

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
16 August 2024 09:30
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencapai level psikologis 7.400. BRI Danareksa memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa tembus sampai level psikologis 8.000 pada akhir tahun ini.

Direktur Utama BRIDS Laksono Widodo mengatakan itu dapat tercapai bila skenario bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve benar akan segera menurunkan suku bunganya, dan tren penguatan nilai tukar rupiah terus berlanjut.

"Kalau misalnya emang benar suku bunga Amerika turun, rupiahnya kan sekarang udah di bawah Rp16.000 lagi ya [per dolar AS]. IHSG itu kayaknya sih prediksi akhir tahun di kepala 8, ya," kata Laksono di Gedung BRI, Rabu (14/8/2024).

Ia juga menyebut terbentuknya kabinet pemerintahan baru pada bulan Oktober nanti, juga menjadi katalis bagi penguatan IHSG.

Menurut Laksono, masa transisi pemerintahan baru RI yang sedang berlangsung ini memang berdampak pada pasar modal. Seperti sepinya pasar IPO karena pasar masih cenderung menunggu hingga kabinet baru terbentuk.

Di samping itu, ia menyebut adanya faktor-faktor eksternal lain yang mempengaruhi pasar, dan menjadi tantangan besar bagi pasar modal RI.

"Kondisi perang di Timur Tengah yang belum beres juga, suku bunga yang masih belum turun. Jadi kombinasi ini makanya saya bilang tadi, bukan tahun yang mudah buat pasar modal," tandas Laksono.

Ketika ditanya terkait target Prabowo-Gibran market cap pasar modal dapat mencapai lebih dari Rp22.000 triliun atau 70% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2027, Laksono menilai itu dapat tercapai.

"Kalau memang bisa banyak lighthouse IPO yang besar yang masuk ke Indonesia, saya rasa makes sense juga dan juga didukung oleh pertumbuhan GDP (PDB) yang memang bagus. Karena pasar modal itu membutuhkan pertumbuhan GDP sih," kata Laksono.

Ia berharap pemerintahan baru juga dapat mempermudah proses IPO guna mencapai target tersebut. Yakni, melalui kebijakan pajak dan fiskalnya.

"Misalnya kalau semakin besar free float-nya pajak PPH-nya bisa berkurang. Sekarang kan baru kalau udah free floatnya di atas 40% baru pajaknya berkurang 5%. Tapi kita pengennya sebenarnya ada gradual gitu," imbuh Laksono.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular