Lo Kheng Hong: PER dan PBV Tak Boleh di Atas Angka Ini

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
15 August 2024 16:25
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (5/8/2024). Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau sudah mencapai 4% pada perdagangan sesi II. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (5/8/2024). Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau sudah mencapai 4% pada perdagangan sesi II. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lo Kheng Hong merupakan investor yang sukses mendulang keuntungan dari saham. Dia membocorkan strategi investasi untuk menemukan perusahaan yang tepat.

Investor yang terkenal dengan strategi value investing atau berinvestasi secara nilai ini mencari perusahaan bagus (wonderful company) dengan harga tepat (fair price).

Menurutnya saat ini di Bursa Efek Indonesia, lebih banyak fair company dengan wonderful price atau perusahaan bagus dengan harga yang 'mahal'.

Dia mencontohkan salah satu emiten yang dianggap sebagai wonderful company namun memiliki harga saham yang dinilai mahal, overvalued, berdasarkan price to book value (PBV) dan price to earning ratio (PER).

Sebagai gambaran, PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara rule of thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.

Sementara itu PER juga merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya. Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, sedangkan PER biasanya akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.

Sebaliknya, Lo lebih tertarik membeli saham-saham perbankan besar yang dinilai masih murah dan memiliki kinerja baik. Saham seperti ini dia nilai lebih menarik dibandingkan dengan perusahaan yang besar namun harganya mahal.

Sebagai informasi, investor kelahiran 1959 ini disebut-sebut sebagai Warren Buffett-nya Indonesia dan dikenal sebagai salah satu investor paling sukses di pasar modal Tanah Air.

Adapun belakangan Lo Kheng Hong terpantau gencar menambah kepemilikannya di saham emiten tambang batu bara PT ABM Investama Tbk. (ABMM). Pria yang kerap dijuluki "Warren Buffett Indonesia" itu semakin mengokohkan posisinya sebagai pemegang saham ABMM terbesar urutan ketiga.

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat Pak Lo telah menambah 504.400 saham ABMM pada 2 Agustus 2024. Lantas, total kepemilikannya menjadi sebanyak 141.675.500 atau setara 5,15% saham ABMM.

Ketika ditanya terkait alasan dari aksi pembeliannya itu, Lo menjawab karena ABMM mencatat laba yang lebih besar daripada saham energi baru terbarukan (EBT) PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).

"Saya tambah beli saham ABMM, karena laba ABMM lebih besar dari laba BREN yang kapitalisasi pasarnya Rp1.080 triliun," ujarnya ketika dihubungi CNBC Indonesia, dikutip Kamis (15/8/2024).


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apa Itu Saham Mercy Harga Bajaj Ala Lo Kheng Hong?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular