Sempat Turun ke US$ 49.000, Bitcoin Bisa Jaga Tren Kenaikan Harga?
Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin kembali menjadi sorotan setelah sempat merosot ke US$49.000 dan naik ke level US$60.000-an selama sepekan terakhir. Tren ini pun dinilai akan bertahan beberapa waktu ke depan.
Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengaitkan peningkatan ini dengan situasi jenuh jual imbas koreksi yang sebenarnya telah berlangsung sejak 21 Juli lalu. Hal ini disebut bisa terjadi meski penurunan signifikan terjadi pada 5 Agustus.
"Namun, keberlanjutan dari penguatan ini masih akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi, termasuk situasi ekonomi makro di Amerika Serikat, terutama data Consumer Price Index (CPI) dan penjualan ritel AS yang akan dirilis pada 14 dan 15 Agustus," jelas Fahmi dalam keterangan resmi, Rabu, (15/8/2024).
Fahmi juga menyoroti ketidakpastian terkait kebijakan The Fed, yang bisa membuat investor lebih berhati-hati terhadap aset berisiko tinggi seperti kripto.
Di sisi lain, perkembangan di sektor altcoin juga menarik perhatian, dengan banyak proyek yang merilis fitur baru dan melihat peningkatan jumlah transaksi serta pengguna aktif. Namun, meski ada perkembangan positif, banyak altcoin dengan kapitalisasi pasar menengah masih terkoreksi.
"Hal ini terjadi sebab para pelaku pasar lebih berfokus pada atensi yang berkembang untuk memilih aset untuk ditransaksikan, sementara atensi yang berkembang terhadap altcoin ketika pasar terkoreksi cenderung minim. Ketika situasi mulai berbalik dan atensi terhadap aset kripto secara lebih luas kembali meningkat, perhatian para pelaku pasar terhadap altcoin khususnya di sektor-sektor potensial, berpotensi melonjak seperti pada siklus-siklus pasar kripto sebelumnya," jelasnya.
Melansir CoinMarketCap per Selasa, (14/8/2023) pada pukul 09.00 WIB, Bitcoin menghijau ke level $60.718 atau setara Rp953 juta. Kenaikan tersebut turut diikuti sejumlah aset kripto lainnya seperti Ethereum yang meningkat 7,84%, XRP 13,56%, Toncoin 11,24% selama sepekan.
(fsd/fsd)