Rupiah Makin Perkasa, Nilai Tukar Dolar AS Turun ke Rp 15.830

rev, CNBC Indonesia
13 August 2024 15:15
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat (AS) ditutup menguat tajam pada perdagangan hari ini (13/8/2024). Penguatan ini dipengaruhi ekspektasi investor akan pemangkasan suku bunga AS.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di harga Rp15.830/US$ menguat 0,75% dari harga closing kemarin (12/8/2024). Penguatan ini menghantarkan rupiah ke titik terkuatnya selama 4,5 bulan terakhir atau semenjak 26 Maret 2024.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) mengalami pelemahan sebesar 0,03% ke level 103,163. Angka ini terpaut tipis dari posisi kemarin (12/8/2024) di angka 103,139.

Penguatan rupiah ini merupakan dampak dari prediksi pemangkasan suku bunga AS oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada pertemuan September ini.

Pemangkasan suku bunga ini diperkuat oleh prediksi penurunan inflasi produsen AS yang akan rilis pada malam nanti. Berdasarkan konsensus Trading Economics, diperkirakan inflasi produsen AS akan menjadi 0,1% month-on-month (MoM), melambat dari bulan sebelumnya 0,2% MoM. Sementara inflasi inti produsen sebesar 0,2%, melambat dari periode sebelumnya 0,4%.

Menyusul inflasi produsen AS, inflasi konsumen akan rilis pada hari Rabu (14/8/2024). Berdasarkan data yang himpun konsensus Trading Economics, inflasi konsumen bulanan AS akan naik menjadi 0,2% setelah sebelumnya mengalami deflasi 0,1% MoM. Sedangkan untuk inflasi intinya naik dari 0,1% menjadi 0,2% MoM.

Berbanding terbalik dengan inflasi konsumen bulanannya, inflasi konsumen tahunannya diprediksi naik. Inflasi konsumen tahunan AS diprediksi turun menjadi 2,9% setelah sebelumnya berada di 3% Year-on-Year (YoY). Untuk inflasi intinya juga turun dari 3,3% menjadi 3,2% YoY.

Data tersebut perlu diperhatikan, karena akan mempengaruhi keputusan The Fed dalam pemangkasan suku bunga pada pertemuan September nanti.

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa saat ini situasi sedang tidak pasti, walaupun baru saja ada rencana pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat oleh The Fed.

CNBC Indonesia Research


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular