
Bankir Sebut Judi Online Jadi Biang Kerok Daya Beli Warga RI Lemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Daya beli masyarakat Indonesia menjadi sorotan karena dianggap menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2024.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan biang kerok menurunnya daya beli masyarakat satu di antaranya ada judi online (judol).
"Orang sudah hopeless, judol. Bahkan bank dibawa-bawa. Cara judol ada e-wallet, ada tunai banyak sekali tidak ter-detect. Ini menggerogoti daya beli masyarakat," katanya dalam acara BCA UKM Fest di Mal Kota Kasablanka, dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (9/8/2024).
Lalu, diskon belanja online juga berkurang dibandingkan beberapa tahun saat banyak e-commerce dan platform transportasi online menerapkan strategi "bakar uang". Hal tersebut memberikan stimulus terhadap konsumsi masyarakat.
"Ini masuk dan bakar duit, tahun 2022 dibakar Rp80 triliun yang menikmati middle class, tapi banyak lower class dapat income, ada daya beli subsidi indirectly," tutur Jahja.
Ketiga, berkurangnya jumlah pinjaman online (pinjol) ilegal. Jahja menuturkan pada saat Covid-19 melanda, keberadaan pinjol ilegal sangat marak di Indonesia.
Oleh karena itu, banyak masyarakat yang meminjam uang. Jahja mencontohkan ada satu orang yang bisa meminjam dana pada 20 pinjol sekaligus.
Hal itu terjadi karena dia gali lobang tutup lobang. Dengan kata lain, saat ia tidak bisa membayar utang di satu pinjol, ia akan meminjam ke pinjol lain untuk membayar tagihan.
Di sisi lain, ini memang merugikan masyarakat. Kendati, secara tidak langsung ikut mendorong daya beli.
Namun, saat ini pinjol ilegal sudah banyak diberantas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini kemudian ikut mengikis daya beli.
Sebelumnya, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II 2024 mencapai 5,05%. Pertumbuhan ini masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan persentase 54,53%. Adapun kontribusi konsumsi pada pertumbuhan mencapai 2,62%.
Meski memberikan kontribusi terbesar, pertumbuhan sektor konsumsi selama 3 kuartal terakhir ini tak pernah melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5%. Pada kuartal-II 2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,93%.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos OJK Ungkap 3 Anak Haram Digitalisasi Keuangan, Apa Saja?