Market Commentary

IHSG Kehabisan Tenaga, Ternyata Ini Biang Keroknya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
08 August 2024 12:57
Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (6/8/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (6/8/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berbalik lesu pada perdagangan sesi I Kamis (8/8/2024), di tengah sedikit memburuknya kembali sentimen pasar global setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali merana kemarin.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG turun tipis 0,09% ke posisi 7.205,84. IHSG sempat terkoreksi ke level 7.190-an sepanjang sesi I hari ini. Namun akhir sesi I, IHSG berhasil memangkas koreksinya dan bertahan di level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,7 triliun dengan melibatkan 7,5 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 562.223 kali. Sebanyak 253 saham menguat, 291 saham melemah dan 223 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,05%.

Selain itu, beberapa saham menjadi penekan (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.

Saham pertambangan Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 20,6 indeks poin.

IHSG berbalik lesu di tengah naiknya imbal hasil (yield) US Treasury pada perdagangan kemarin, membuat pasar saham AS kembali merana.

yield US Treasury tenor 10 tahun meningkat ke 3,97% pada perdagangan kemarin, posisi tertingginya dalam empat hari terakhir.

Kenaikan yield US Treasury juga bisa memicu capital outflow dari pasar keuangan Indonesia sehingga hal ini menjadi sentimen negatif bagi aset berisiko termasuk saham.

Di lain sisi, pelaku pasar global saat ini tengah menanti rilis data klaim pengangguran mingguan. Data ini akan semakin melengkapi kondisi terkini pasar tenaga kerja AS.

Melansir data Trading Economic, pasar memperkirakan klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 3 Agustus 2024 akan bertambah 240.000 dibandingkan pekan sebelumnya 249.000.

Pekan lalu, data pasar tenaga kerja sempat mengecewakan pasar yang kemudian mengguncang keseluruhan pasar, akibat memicu peringatan resesi.

Pelaku pasar perlu mencermati kondisi pasar tenaga kerja AS lantaran ini juga menjadi indikator penting selain inflasi yang akan menjadi petunjuk kebijakan moneter bank sentral AS atau the Fed ke depan.

Sejauh ini, pelaku pasar optimis pemangkasan suku bunga akan dilaksanakan pada September mendatang dengan peluang sudah di atas 70%, menurut alat perhitungan CME FedWatch dan perkiraan penurunan berkisar dari 25 bp - 50 bp.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular