
Cara Cuan Versi Warren Buffett & Robert Kiyosaki Saat Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Anjloknya pasar modal bisa jadi petaka bagi sebagian orang. Namun, bagi investor kawakan seperti Warren Buffett dan Robert Kiyosaki, hal ini justru dilihat sebagai peluang mendulang kekayaan lebih besar.
Sebagaimana diketahui, pasar saham AS jatuh tajam pada Senin, (5/8/2024) sebagai bagian dari aksi jual global yang dipicu oleh ketakutan resesi yang meningkat di kalangan investor. Kekacauan ini tampaknya dimulai pada hari Jumat setelah rilis laporan pekerjaan bulan Juli yang mengecewakan.
Hal ini pun memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve telah bergerak terlalu lambat untuk menurunkan suku bunga yang dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada ekonomi. Selain itu, perdagangan mata uang yang tidak biasa dari Jepang juga memperburuk pasar global.
Indeks S&P 500 turun sekitar 2% pada awal perdagangan, menempatkannya 7,5% di bawah penutupan tertinggi sepanjang masa pada 16 Juli. Penurunan lebih lanjut akan menempatkan saham dalam wilayah koreksi, yang didefinisikan sebagai penurunan 10% atau lebih dari puncak pasar. Namun, S&P masih naik 10,5% sejak awal tahun.
Menurut sang Oracle of Omaha ini, naik-turunnya harga saham jangka pendek di pasar saham tidak perlu dikhawatirkan oleh invertor jangka panjang.
"Jika Anda khawatir tentang koreksi, Anda seharusnya tidak memiliki saham. Sebuah kesalahan besar untuk menganggap saham sebagai sesuatu yang naik dan turun dan bahwa Anda harus memperhatikan naik-turun tersebut," kata Buffett dalam wawancara tahun 2015 dengan The Street, dikutip dari CNBC.com.
"Kadang-kadang akan turun, jika Anda memiliki saham, jadi mengapa khawatir tentang itu? Intinya adalah membeli sesuatu yang Anda sukai dengan harga yang Anda sukai, dan kemudian menahannya selama 20 tahun. Anda tidak seharusnya melihatnya dari hari ke hari," tambah dia.
Ketika menemukan saham yang dia sukai, Buffett terkenal dengan prinsip value investingnya, yaitu membeli saham di perusahaan yang diperdagangkan dengan diskon dari nilai intrinsiknya. Tentu saja, Buffett dan banyak investor lain telah mendedikasikan hidup profesional mereka untuk bisa mengidentifikasi tawaran pasar. Bagi kita yang lain, Buffett menyarankan pendekatan yang lebih sederhana.
Bagi investor jangka panjang, memiliki portofolio yang terdiversifikasi dari reksadana indeks berbiaya rendah adalah "yang paling masuk akal secara praktis sepanjang waktu," katanya sebelumnya kepada CNBC.
Di sisi lain, Robert Kiyosaki, penulis buku terlaris "Rich Dad Poor Dad," memiliki pandangan unik tentang kejatuhan pasar. Dia percaya bahwa saat-saat turbulen ini adalah ketika yang berani menjadi lebih kaya dan yang pengecut menjadi lebih miskin.
Kiyosaki menyampaikan pemikirannya tentang situasi pasar saat ini melalui platform X. Dia mengungkapkan kegembiraannya tentang kejatuhan pasar, dengan menyatakan bahwa ini adalah kesempatan untuk membeli lebih banyak Bitcoin, emas, dan perak. Dia juga mendesak para investor untuk tetap tenang dan berinvestasi ketika orang lain menyerah.
"Kejatuhan adalah saat ketika yang berani menjadi lebih kaya dan yang pengecut menjadi lebih miskin.... Karena mereka menjual atau tidak melakukan apa-apa. Dunia dipenuhi pengecut yang miskin. Jadilah pintar. Berani, tetap tenang, dan berinvestasilah ketika yang pengecut menyerah. Jaga dirimu," tulis Kiyosaki di akun X-nya
Pandangan Kiyosaki tentang kejatuhan pasar sejalan dengan pernyataannya baru-baru ini. Beberapa hari yang lalu, dia menggambarkan penurunan pasar saham terbaru sebagai peluang untuk akumulasi kekayaan. Hal ini sesuai dengan ajaran 'Ayah Kaya' yang ia gaungkan selama ini.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Konglomerat Warren Buffet Pilih Tinggal di Rumah Sederhana Ini