Black Monday IHSG Ambruk 3,4% & Nyaris Kena Trading Halt

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 05/08/2024 16:14 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk lebih dari 3% pada perdagangan Senin (5/8/2024), di mana IHSG juga sempat ambruk lebih dari 1% dan nyaris terkena trading halt.

Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup ambruk 3,4% ke posisi 7.059,65. IHSG pun langsung terkoreksi ke level psikologis 7.000, setelah beberapa hari terakhir diperdagangkan di level 7.200-7.300.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan volume transaksi mencapai 24 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 62 saham menguat, 592 saham melemah, dan 134 saham stabil.


Terpantau semua sektor saham terkoreksi, dengan sektor energi, bahan baku, dan transportasi menjadi penekan terbesar IHSG hingga mencapai lebih dari 4%.

Dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 26,3 indeks poin.

Berikut daftar saham yang menjadi penekan IHSG pada hari ini.

IHSG sempat ambruk lebih dari 4% pada perdagangan sesi II hari ini. Bahkan, IHSG nyaris kembali terkena trading halt, jika IHSG terkoreksi lebih dari 5%.

Sebelumnya pada saat pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, IHSG terkena trading halt selama tujuh kali, di mana enam kali terjadi hanya dalam waktu sebulan saja yakni pada Maret 2020, sedangkan satu lagi terjadi pada September 2020.

Adapun trading halt adalah penghentian atau pembekuan sementara perdagangan saham karena IHSG turun hingga batas tertentu. Kebijakan ini bertujuan untuk menangani kondisi darurat serta dalam rangka menjaga perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien.

Trading halt saat ini diberlakukan jika koreksi IHSG sudah menyentuh lebih dari 5%, sehingga koreksinya pada hari ini nyaris mengulang kejadian yang sama saat pandemi Covid-19 di 2020 lalu.

IHSG memburuk hingga menyentuh kembali level psikologis 7.000 meski perekonomian RI pada kuartal II-2024 masih tumbuh di atas 5%.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini melaporkan produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal II-2024 tumbuh 5,05% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari periode kuartal I-2024 yang mencapai 5,11%.

Sedangkan secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB Tanah Air pada kuartal II-2024 tumbuh 3,79%, lebih baik dari kuartal I-2024 yang tumbuh negatif 0,83%.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini didorong oleh konsumsi masyarakat dan investasi.

"Komponen yang alami pertumbuhan positif yang berikan PDB adalah konsumsi rumah tangga dengan kontribusi 54,53%," kata Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, dalam rilis BPS, Senin (28/8/2024).

Pada kuartal II-2024 ini, konsumsi tumbuh 4,93%. Hal ini masih kuatnya permintaan dan daya beli masyarakat. Sementara itu, komponen pengeluaran yang tumbuh tertinggi adalah konsumsi lembaga pemerintah (LNPRT) yang tumbuh 9,98%.

Selain itu, konsumsi juga didorong oleh libur hari raya, Lebaran dan Idul Adha.

Meski sumber perekonomian terbesar, akan tetapi konsumsi rumah tangga sudah selama tiga kuartal terakhir di bawah 5%.

Tingginya konsumsi rumah tangga selama April-Juni 2024 dibantu oleh long weekend pada Mei dan Juni. BPS melihat adanya peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur tersebut.

"Ini terlihat dari peningkatan transportasi dan komunikasi serta restoran dan hotel," terang Edy.

Adapun penyebab IHSG merana pada hari ini karena pasar khawatir dari adanya potensi resesi yang bakal terjadi di Amerika Serikat (AS).

Potensi resesi AS muncul setelah rilis data pasar tenaga kerja di negeri Paman Sam yang melambat tajam dan beberapa data ekonomi AS yang cenderung mengecewakan.

Pekan lalu, negeri Paman Sam banyak mengeluarkan data penting seperti pengumuman suku bunga, pasar tenaga kerja yang meliputi klaim pengangguran, Non-Farm Payrolls (NFP) atau data pekerjaan tercatat di luar pertanian, sampai tingkat pengangguran.

Data pasar tenaga kerja mengalami perlambatan tajam. Dimulai dari klaim pengangguran naik signifikan ke 249.000, melampaui ekspektasi yang proyeksi hanya naik 1000 ke 236.000 klaim.

Sehari kemudian, kondisi pasar tenaga kerja yang melambat semakin dikonfirmasi dengan data pekerjaan tercatat di luar pertanian (non-farm payrolls/NFP) yang hanya bertambah 114.000, jauh dari estimasi pasar yang proyeksi adanya penambahan tenaga kerja 179.000 ke 175.000 pekerjaan. Tingkat pengangguran AS pada Juli 2024 juga melonjak ke 4,3% dari sebelumnya 4,1% pada Juni 2024.

Hal ini membawa kesimpulan pelaku pasar bahwa ancaman resesi meningkat di AS, yang kemudian memicu kekhawatiran akan terjadinya hard landing karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dinilai lambat melakukan quantitative easing seperti yang terjadi saat pandemi Covid-19 lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat