Indikator Ini Buka Peluang AS Resesi, Dolar Turun ke Rp 16.180

rev, CNBC Indonesia
Senin, 05/08/2024 15:20 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan ketakutan pelaku pasar perihal kondisi yang terjadi di AS khususnya potensi resesi.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,09% di angka Rp16.180/US$ pada hari ini, Senin (5/8/2024). Hal ini semakin memperpanjang tren apresiasi yang telah terjadi sejak 31 Juli 2024 atau empat hari beruntun.


Sementara DXY pada pukul 15:11 WIB turun 0,54% di angka 102,65. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 103,2.

Penguatan rupiah hari ini tak lepas dari ambruknya DXY pada 2 Agustus 2024 dan intraday hari ini. Hal ini memberikan minim tekanan bagi mata uang Garuda pada perdagangan hari ini.

Sebagai informasi, ambruknya DXY ini terjadi setelah data pasar tenaga kerja mengalami perlambatan tajam. Dimulai dari klaim pengangguran naik signifikan ke 249.000, melampaui ekspektasi yang proyeksi hanya naik 1000 ke 236.000 klaim.

Selain itu, data Non Farm Payrolls (NFP) atau data pekerjaan tercatat di luar pertanian juga tercatat tumbuh cukup rendah bahkan di bawah ekspektasi pelaku pasar. Hal ini memperbesar potensi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pada pertemuan September 2024.

Namun yang menjadi perhatian lainnya yakni munculnya indikator Sahm yang menunjukkan probabilitas terjadinya resesi di AS.

Hal ini sontak membuat pasar menjadi sangat volatil dan memberikan fearness tersendiri.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS