Laba Timah (TINS) Meroket Ribuan Persen Juni 2024 Jadi Rp 434,48 M
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk (TINS) membukukan laba Rp 434,48 miliar pada semester I tahun 2024, naik sebesar 2.570% secara tahunan (yoy). Capaian laba ini tembus 151% dari target yang sudah ditentukan Perseroan.
Mengutip keterangan resminya, capaian tersebut didorong oleh pendapatan yang naik 14% yoy menjadi Rp5,21 triliun dari Rp4,57 triliun. Kemudian, juga didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata logam timah. Harga jual rata-rata timah naik sebesar 13% yoy dari US$ 26.828 per metrik ton di semester I-2023 menjadi US$ 30.597 per metrik ton di semester I-2024.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan Perseroan turun sebesar 4% yoy menjadi Rp3,99 triliun. Alhasil laba usaha menjadi Rp 688 miliar dengan pencapaian EBITDA sebesar Rp 1,21 triliun atau naik 227% yoy.
Nilai aset perseroan pada semester I-2024 naik 3% menjadi Rp 13,25 triliun dari Rp 12,85 triliun pada posisi aset akhir tahun 2023. Sementara, posisi liabilitas Perseroan turun 2% sebesar Rp 6,48 triliun, dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,61 triliun dikarenakan berkurangnya interest bearing debt.
Posisi ekuitas sebesar Rp 6,77 triliun, naik 8% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,24 triliun.
Kinerja keuangan Perseroan menunjukkan hasil yang baik, terlihat dari beberapa rasio keuangan penting di antaranya Quick Ratio sebesar 47,4%, Current Ratio sebesar 162,9%, Debt to Asset Ratio sebesar 48,9%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 95,6%.
Adapun Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Fina Eliani mengatakan bahwa harga logam timah London Metal Exchange (LME) melonjak di semester I-2024 dan ditutup pada harga US$33.000 per metrik ton per akhir Juni 2024.
Sementara, produksi timah dunia mengalami penurunan yang diakibatkan oleh terbatasnya pasokan logam timah dari Indonesia, Myanmar dan Republik Demokratik Kongo di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik global yang masih berlanjut mendorong kenaikan harga logam timah.
Berdasarkan CRU Tin Monitor, produksi logam timah dunia pada semester I-2024 diperkirakan turun 6,7% yoy menjadi 169.800 ton. Sementara, persediaan timah di gudang LME pada akhir Juni 2024 berada di posisi 4.770 ton, turun 36% dari awal tahun 2023 di posisi 7.450 ton.
Fina mengatakan kondisi tersebut berdampak baik bagi Perseroan. "Perseroan secara bertahap memperbaiki kinerja operasi produksi dengan menambah jumlah unit tambang darat, pembukaan lokasi baru, jumlah kapal isap produksi yang beroperasi, serta tetap fokus pada program efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis Perseroan," ujarnya dalam keterangan resminya, Kamis (1/8/2024).
Tercatat, sampai dengan semester I-2024, produksi bijih timah TINS sebesar 10.250 ton atau naik 32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7.755 ton.
Adapun produksi logam naik 19% menjadi 9.675 ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8.100 ton, sementara penjualan logam timah turun 0,1% menjadi 8.299 ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8.307 ton.
Harga jual rata-rata logam timah sebesar US$30.397 per metrik ton atau naik 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$26.828 per metrik ton.
Dalam kurun waktu tersebut, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 90% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Singapura 18%, Korea Selatan 16%, India 13%, Amerika Serikat 10%, Jepang 8% dan Belanda 6%.
(mkh/mkh)