Angin Segar Berhembus dari The Fed, Dolar Turun ke Rp16.240

rev, CNBC Indonesia
01 August 2024 09:19
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca hasil rapat bank sentral AS (The Fed) yang menunjukkan semakin mendinginnya ekonomi AS dan probabilitas pemangkasan suku bunga semakin terbuka lebar.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,09% di angka Rp16.240/US$ pada hari ini, Kamis (1/8/2024). Hal ini selaras dengan penguatan yang terjadi kemarin (31/7/2024) sebesar 0,25%.

Sementara DXY pada pukul 08:53 WIB turun 0,2% di angka 103,88. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 104,09.

The Fed memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunganya di level 5,25-5,50% pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (1/8/2024).

Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.

"Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September," kata Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

Lebih lanjut, ia juga menekankan bahwa ekonomi AS saat ini sudah berbeda jauh dengan setahun yang lalu. Inflasi kini sudah melandai sementara tingkat pengangguran sudah meningkat. Klaim tunjangan pengangguran juga menunjukkan warga AS tetap menganggur lebih lama.

Sebagai catatan, inflasi AS mencapai 3% (year on year/yoy) pada Juli 2024, jauh lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang masih bercokol di angka 3,7% (yoy).

Tingkat pengangguran mencapai 4,1% pada Juni 2024, meningkat dibandingkan 3,8% pada Agustus 2023.

"Data inflasi pada kuartal II (2024) menambah keyakinan kami dan data yang lebih baik baik lakan semakin memperkuat keyakinan tersebut," kata Powell.

Jika pada September The Fed benar-benar menurunkan suku bunganya, maka hal ini akan semakin membuat rupiah di posisi yang lebih kuat ke depannya.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular