The Fed Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga, Akankah Rupiah Menguat?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Kamis, 01/08/2024 08:20 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Selasa (1/8/2024) akan dipengaruhi oleh hasil rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral AS (The Fed) semalam.

Melansir Refinitiv, nilai tukar rupiah kemarin, Rabu (31/7/2024) di tutup di angka Rp16.255/US$, menguat 0,25% dalam sehari dan berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi sehari sebelumnya sebesar 0,12%.

Semalam, The Fed memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Namun, The Fed memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.


The Fed kembali menahan suku bunga selama delapan pertemuan beruntun setelah berakhirnya rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (1/8/2024).

The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, Mei 2024, Juni 2024, dan Agustus 2024.

Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.

"Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September," kata ChairmanThe Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

Pemangkasan suku bunga diperkirakan sebesar 25 bps. Powell menegaskan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps belum ada dalam bayangan The Fed.
"Saya tidak ingin menjelaskan terlalu spesifik soal apa yang akan kami lakukan, tetapi itu (pemangkasan 50 bps) bukan sesuatu yang kami pertimbangkan saat ini," katanya.

Powell mengatakan kondisi ekonomi AS sudah berbeda jauh dengan setahun yang lalu. Inflasi kini sudah melandai sementara tingkat pengangguran sudah meningkat. Klaim tunjangan pengangguran juga menunjukkan warga AS tetap menganggur lebih lama.

Sebagai catatan, inflasi AS mencapai 3% (year on year/yoy) pada Juli 2024, jauh lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang masih bercokol di angka 3,7% (yoy).

Tingkat pengangguran mencapai 4,1% pada Juni 2024, meningkat dibandingkan 3,8% pada Agustus 2023.

"Data inflasi pada kuartal II (2024) menambah keyakinan kami dan data yang lebih baik baik lakan semakin memperkuat keyakinan tersebut," kata Powell.

Kendati inflasi dan tingkat pengangguran sudah bergerak ke arah yang diinginkan The Fed, Powell mengingatkan masih ada risiko yang mengancam.

"Komite akan dengan hati-hati menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko," ujarnya.

Berikutnya hari ini dari domestik akan ada rilis data inflasi periode Juli 2024. Sebelumnya, pada Juni 2024 terjadi inflasi (yoy) sebesar 2,51%, angka tersebut turun dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,84% (yoy). Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, posisi rupiah kini sedang menguji garis rata-rata selama 200 jam atau Moving Average/MA 200. Jika ini ditembus ke bawah maka ada potensi penguatan lanjutan ke Rp16.210/US$ yang diambil dari garis horizontal low candle intraday 24 Juli 2024.

Sementara itu, untuk resistance atau pelemahan yang perlu diantisipasi berada di posisi Rp16.320/US$ yang didapatkan dari garis horizontal high candle intraday 30 Juli 2024.

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

 

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS