
Bos Bursa Ungkap Ketakutan IHSG, Dampaknya Lebih Ngeri dari Suku Bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan sejumlah tantangan bagi pasar modal RI hingga akhir tahun ini. Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan adanya risiko inflasi, dampaknya lebih signifikan kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibanding dampak kenaikan suku bunga.
"Jadi, indeks itu lebih takut kepada inflasi, daripada kenaikan suku bunga," ujar Iman saat di agenda Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 Meneropong Prospek Ekonomi di Tengah Perubahan Geopolitik dan Kebijakan Pemerintah, Senin (29/7/2024).
Seperti diketahui, inflasi Indonesia cenderung melandai tiga bulan terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun atau deflasi sebesar 0,08% pada Juni 2024 dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Secara tahunan (year on year/yoy), IHK masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,51% pada Juni 2024. Inflasi inti melandai ke 1,9% (yoy) pada Juni. Maka, deflasi sudah terjadi dua bulan beruntun.
Sementara itu, RTI Business mencatat IHSG telah terapresiasi 2,09% dalam sebulan terakhir hingga 29 Juli 2024 ini.
Iman melanjutkan tantangan lain adalah kebijakan moneter yang ketat sebagai imbas daripada suku bunga acuan tinggi, yang berpengaruh terhadap daya saing instrumen pasar modal.
Iman mengatakan suku bunga acuan tinggi yang mengerek imbal hasil (yields) surat-surat berharga lain. Alhasil Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) lebih menarik bagi para investor.
Ia melanjutkan, tensi geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina dan konflik di Timur Tengah juga menjadi tantangan bagi pasar modal. Dalam paparannya, dijelaskan bahwa ketegangan tersebut terdampak pada gangguan harga komoditas, inflasi, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Di samping itu, Iman juga memaparkan sejumlah peluang bagi pasar modal hingga akhir tahun. Antara lain, kondisi ekonomi makro Indonesia masih cukup kuat.
Selanjutnya, pemilihan umum (pemilu) seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang akan digelar di Indonesia. Investor juga cenderung bersikap wait and see terkait dengan pembentukan kabinet pemerintahan baru di bulan Oktober mendatang.
"Lalu beberapa proyek investasi pemerintah termasuk IKN (Ibu Kota Negara Nusantara)," papar Iman.
Ia juga menyebutkan pertumbuhan investor pasar modal menjadi peluang. Peluang lainnya adalah faktor-faktor lain seperti penerapan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 Tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK), yang berkontribusi terhadap misalnya keuangan derivative.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sidang MK Panas, Potret IHSG Longsor 1,75% ke 7.161,5