OJK Sebut Bank di RI Tangguh & Stabil, Ini Bukti-Bukti Kuatnya

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
29 July 2024 17:35
Ilustrasi OJK (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ilustrasi OJK (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa kondisi perbankan masih resilien dan stabil per Juni 2024. Di antaranya, otoritas mencatat penyaluran kredit kembali mencatatkan pertumbuhan dua digit.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memaparkan bahwa penyaluran kredit tercatat sebesar Rp 102,29 triliun atau tumbuh 1,39% secara bulanan atau month-to-month (mtm). Secara tahunan atau year on year (yoy), pertumbuhan kredit mencapai 12,36% menjadi Rp7.478,4 triliun. Sementara itu, kredit UMKM mencatatkan pertumbuhan yang melandai, yakni 5,68% per Juni 2024.

"Meski pertumbuhan [UMKM] diakui lebih lambat dibanding kredit non-UMKM," ujar Dian dalam agenda Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 Meneropong Prospek Ekonomi di Tengah Perubahan Geopolitik dan Kebijakan Pemerintah, Senin (29/7/2024).

Dia juga memaparkan bahwa kualitas kredit membaik, yakni rasio kredit masalah atau nonperforming loan (NPL) net berada di level 0,78% dan NPL gross berada di level 2,26%. Dian mengatakan kenaikan NPL akibat Covid-19 cukup terkendali, karena dukungan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 yang sudah berakhir.

"Kebijakan ini efektif dan manfaat kenaikan NPL yang berlebihan dan telah dihentikan 31 Maret 2024, seiring besarnya keyakinan bahwa pemulihan ekonomi terus berlanjut," jelasnya.

Seiring dengan hal itu, kredit restrukturisasi mengalami penurunan risiko, dengan rasio loan at risk (LAR) sebesar 10,75% pada Mei 2024, turun jauh dari Mei 2023 sebesar 13,38%. Rasio LAR diperkirakan akan kembali ke single digit seperti sebelum pandemi Covid-19.

"Potensi peningkatan risiko kredit bank juga telah diantisipasi dengan pembentukan cadangan yang sangat memadai, penyaluran kredit yang hati-hati dan pengawasan dan monitoring kredit yang disalurkan," pungkas Dian.

Adapun rasio total CKPN terhadap total kredit restrukturisasi masih relatif tinggi yaitu 60,64% per Juni 2024. Ini menunjukkan bahwa perbankan senantiasa waspada dan mengantisipasi potensi memburuknya kualitas kredit yang direstrukturisasi seiring berakhirnya pelonggaran stimulus.

Lebih lanjut, Dian membeberkan pada sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 0,27% mtm atau meningkat 8,45% yoy menjadi Rp8.722 triliun per Juni 2024. Giro menjadi kontributor utama yaitu tumbuh 13,48% yoy.

Namun, pertumbuhan DPK Juni 2024 turun tipis dari setahun sebelumnya, yakni 8,63% yoy pada Juni 2023.

Menurut Dian, fungsi intermediasi tersebut mempengaruhi profitabilitas di tengah era suku bunga meningkat. Ini terlihat dari return on asset (ROA) perbankan stabil yaitu 2,56% dan rasio margin bunga bersih atau net interest margin mencapai NIM 4,56%.

"Permodalan perbankan mencapai 26,17%, secara teori sangat kuat, sehingga menjadi bantalan mitigasi risiko solid di tengah perekonomian global yang tidak pasti," kata dia.

Lebih lanjut, Dian membeberkan likuiditas industri bank pada Mei 2024 memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 114,58% dan 25,78% atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.

"Kondisi tersebut searah dengan kondisi likuiditas global yang ketat di tengah kebijakan bank sentral yang masih higher for longer. Secara umum, perbankan masih optimis dengan penyaluran kredit di 2024 sejalan dengan relasi kredit di Juni 2024 dengan tren NPL menurun hingga akhir tahun nanti," terang Dian.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK Titip Pesan Ini ke Ibu-Ibu Sebelum Ambil Kredit Bank

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular