Sentimen Membaik, Bursa Asia Dibuka Bervariasi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
26 July 2024 08:45
Passersby are reflected on a stock quotation board outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung bervariasi pada perdagangan Jumat (26/7/2024), setelah aksi jual yang cukup masif kemarin menyebabkan beberapa indeks di wilayah tersebut mencapai level terendah dalam beberapa bulan terakhir.

Per pukul 08:26 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,1%, Shanghai Composite China turun tipis 0,03%, dan Straits Times Singapura terkoreksi 0,16%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka menguat 0,44%, ASX 200 Australia terapresiasi 0,73%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,63%.

Dari Jepang, saat indeks Nikkei 225 mencetak koreksi parah selama dua hari beruntun yakni pada Rabu dan Kamis, mata uang Jepang yakni yen justru bergerak sebaliknya dan menjadi yang terbaik dalam dua hari beruntun.

Yen terus mendapat dukungan karena peluang pasar meningkat untuk kenaikan suku bunga bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada pertemuan minggu depan. Alhasil, perkasanya yen membuat Nikkei merana.

Sekretaris Partai LDP yang berkuasa, Jenderal Motegi, pada pekan ini menyerukan suku bunga yang lebih tinggi untuk mengatasi pelemahan yen, sejalan dengan pandangan Menteri Transformasi Digital Kono dan menggambarkan dukungan politik untuk suku bunga yang lebih tinggi serta pemulihan yen.

Di lain sisi, Reuters melaporkan bahwa produsen kendaraan yakni Honda akan menutup pabrik di China dan menghentikan produksi di pabrik lain, dengan maksud untuk mulai memproduksi lebih banyak kendaraan listrik.

Bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung tidak terlalu mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, yang secara mayoritas kembali melemah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,2%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite kembali terkoreksi. S&P 500 ditutup melemah 0,51% dan Nasdaq merosot 0,93%.

Rotasi sektor kembali terjadi di Wall Street, di mana tampaknya investor cenderung melirik saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil dan berorientasi pertumbuhan. Indeks Russell 2000, yang berisikan saham-saham berkapitalisasi pasar kecil di Wall Street, melesat 1,3%.

Laba yang lesu dari induk Google dan produsen kendaraan listrik ternama tersebut telah menghantam apa yang disebut kelompok saham teknologi Magnificent Seven pada Rabu lalu, mendorong Nasdaq dan S&P 500 mencatat hari terburuk mereka sejak 2022.

Sementara itu, indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai ukuran ketakutan Wall Street, memperpanjang kenaikannya baru-baru ini hingga ditutup pada 18,46, tertinggi baru dalam 14 minggu terakhir.

Wall Street masih cenderung lesu, setelah dirilis data pembacaan awal dari pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal II-2024.

Departemen Perdagangan AS melaporkan data awal produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II-2024 tumbuh 2,8% pada basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), lebih tinggi dari kuartal I-2024 yang hanya tumbuh 1,4%.

Angka awal PDB AS pada kuartal II-2024 ini juga berada di atas ekspektasi pasar sebelumnya yang memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam akan tumbuh 2%.

Laporan PDB terbaru menunjukkan bahwa dunia usaha terus berinvestasi dan konsumen masih mendorong pertumbuhan dengan belanja mereka, meskipun harga barang masih cenderung tinggi.

Ketika perekonomian Negeri Paman Sam terus berkembang dari April hingga Juni 2024, inflasi kembali mengalami tren penurunan dan tampaknya berada pada jalur yang tepat untuk semakin melambat menuju target yang ditetapkan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebesar 2%.

Kini fokus investor tertuju pada data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) atau inflasi PCE pada hari ini untuk mengkonfirmasi spekulasi dimulainya penurunan suku bunga The Fed lebih awal.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Dibuka Kebakaran, Kecuali Nikkei yang Masih Bergairah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular