Warga RI Cari Rokok Murah, Saham GGRM Cs Tetap Ngebul
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten produsen rokok atau emiten rokok secara mayoritas diperdagangkan di zona hijau pada perdagangan sesi I Senin (22/7/2024), di mana saham-saham produsen rokok tak terlalu terpengaruh dari pergeseran konsumsi rokok di masyarakat yang beralih ke rokok murah.
Hingga pukul 12:00 WIB, dari empat saham emiten rokok, tiga saham menghijau dan satu cenderung stagnan.
Adapun saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menjadi yang paling kencang penguatannya di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,48% ke posisi Rp 17.175/unit.
Berikut pergerakan saham emiten rokok pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Gudang Garam | GGRM | 17.175 | 1,48% |
Indonesia Tobacco | ITIC | 268 | 0,75% |
H.M. Sampoerna | HMSP | 735 | 0,68% |
Wismilak Inti Makmur | WIIM | 1.260 | 0,00% |
Sumber: RTI
Pergesaran konsumsi rokok di masyarakat sepertinya mulai terjadi, di mana banyak masyarakat di Indonesia akhirnya beralih ke rokok murah seiring dengan makin mahalnya rokok konvensional akibat kenaikan harga cukai rokok.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Kuangan mengakui masyarakat banyak yang bermigrasi ke rokok murah alias downtrading. Perpindahan ini disebabkan oleh kebijakan tarif cukai hasil tembakau yang naik dari tahun ke tahun.
"Downtrading itu memang faktor dari kebijakan tarif selama ini," kata Direktur Jenderal Bea Cukai, Askolani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, dikutip Minggu, (21/7/2024).
Meski demikian, Askolani mengatakan Bea Cukai akan melakukan pengawasan terhadap perubahan ini. Dia mengatakan perpindahan ini harus dipastikan terjadi secara alami, bukan akal-akalan produsen untuk menghindari tarif cukai yang sesuai peraturan.
"Downtrading kalau itu memang murni ekonomi tidak bisa kita lawan, tapi itu dengan kemudian melakukan yang tidak pas, salah personifikasi, salah peruntukan itu yang akan kami tindak," kata dia.
Selain mengawasi, Askolani mengatakan akan menggunakan fenomena downtrading ini untuk membuat aturan yang lebih pas ke depannya. "Itu jadi masukan untuk tarif ke depan, nanti kita lihat lagi untuk persiapan tahun depan kaya gimana," kata dia.
Sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR tentang Laporan Semester 1, Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan penerimaan cukai tembakau yang terkontraksi selama 2 tahun berturut-turut.
Dia mengatakan penurunan penerimaan cukai ini disebabkan karena banyak produsen rokok turun ke kelompok 3 yang tarifnya lebih murah.
"Sehingga penerimaan cukai turun," kata dia.
Namun, Sri Mulyani mengatakan penurunan ini memang sesuai dengan tujuan penetapan cukai rokok. Dia mengatakan cukai ditetapkan untuk mengendalikan konsumsi tembakau.
"Untuk cukai karena memang kita lakukan pengendalian produksi rokok, ya memang ini dampak yang diharapkan," kata dia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
(chd/chd)