Surplus Makin Tipis, Dolar AS Ditutup Naik ke Rp16.165

rev, CNBC Indonesia
15 July 2024 15:11
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan yang surplus namun di bawah ekspektasi pasar.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,19% di angka Rp16.165/US$ pada hari ini, Senin (15/7/2024). Hal ini memutus tren penguatan yang telah terjadi delapan hari beruntun atau sejak 3 Juli 2024.

Sementara DXY pada pukul 14:52 WIB naik 0,12% di angka 104,22. Angka ini lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin yang berada di angka 104,09.

BPS mengumumkan bahwa neraca perdagangan tercatat surplus US$2,39 miliar. Ini merupakan surplus ke-50 bulan beruntun.

Surplus neraca berjalan ini didorong oleh penurunan impor barang modal dan penolong. Sementara itu, pendorong ekspor bulan Juni adalah eskpor industri pengolahan. Dengan demikian, nilai ekspor RI tercatat lebih tinggi, yakni sebesar US$20,84 miliar dan impor US$18,45 miliar.

"Neraca dagang kembali surplus US$2,39 miliar walau lebih rendah dibanding surplus pada bulan lalu dan Juni 2023," ungkap Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam rilis BPS, Senin (15/7/2024).

Amalia mengatakan surplus neraca dagang Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu US$ 4,43 miliar, di mana komoditas yang memberikan sumbangan adalah bahan bakar mineral lemak dan minyak hewan nabati, besi baja, dan beberapa komoditas lain.

Surplusnya neraca ini terbilang di bawah konsensus CNBC Indonesia yang diperkirakan sebesar US$2,88 miliar.

Hal ini tentu menjadi sentimen yang cukup negatif karena semakin tipisnya neraca perdagangan ini, maka dikhawatirkan terjadi supply dolar AS di dalam negeri akan semakin sedikit.

Lebih lanjut, pelaku pasar juga menunggu data suku bunga BI yang akan diumumkan pada Rabu (17/7/2024).

Untuk Sementara waktu, pelaku pasar memasang sikap wait and see. Menarik untuk dicermati bagaimana pandangan BI terkait kondisi ekonomi terkini, terutama tentang rupiah yang sempat melemah menembus level terpuruk sejak Pandemik Covid-19 dan kini sudah mulai menguat lagi, serta kebijakan suku bunga acuan.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tren Deflasi RI Berakhir, Dolar Turun ke Rp15.685

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular