Bankir Teriak Dampak Ngeri Suku Bunga Tinggi ke Industri Perbankan

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
15 July 2024 10:15
Citigroup
Foto: CNBC

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak dari era suku bunga tinggi juga dirasakan oleh perbankan Amerika Serikat (AS). Belum lagi dengqb adanya inflasi yang membandel yang berdampak pada bank-bank terbesar di negara ini.

Mengutip The New York Times, padq hari Jumat, Citi, JPMorgan Chase dan Wells Fargo mengumumkan bahwa perolehan pendapatan mereka tertahan. Ketiga bottom line dari perbankan raksasa AS itu terindikasi bahwa meskipun ada tanda-tanda penurunan inflasi baru-baru ini, perekonomian masih mengalami hambatan.

Adapun JPMorgan dan Wells Fargo melaporkan bahwa simpanan mereka secara keseluruhan turun dan mereka harus menaikkan suku bunga rata-rata pada rekening giro dan tabungan. Ini menjadi kabar baik bagi para nasabah tetapi tidak bagi bank itu sendiri.

Meskipun suku bunga yang lebih tinggi membantu pemberi pinjaman dengan memberikan potensi keuntungan yang lebih besar, hal ini juga menghalangi nasabah untuk mengambil kredit, yang merupakan sumber pendapatan besar bagi bank.

Memang benar, saham Wells Fargo ditutup melemah sekitar 6% setelah bank tersebut melaporkan bahwa pendapatan bunga bersihnya turun 9% menjadi US$11,9 miliar. Permintaan pinjaman dari dunia usaha "tetap lemah," kata Charles W. Scharf, kepala eksekutif bank tersebut.

Wells Fargo melaporkan laba sebesar US$4,9 miliar, turun sedikit dari tahun sebelumnya, dan pendapatan sebesar US$20,7 miliar, naik 1% dari tahun lalu.

Serangkaian skandal bank baru-baru ini terus menghantui Wells Fargo, dengan biaya remediasi nasabah yang meningkatkan beban. Sementarq itu, bank itu terus beroperasi di bawah pembatasan aset, yang diberlakukan oleh bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) pada tahun 2018. Pembatasan itu mencegah bank melakukan ekspansi melebihi ukuran saat ini.

"Kami fokus pada investasi untuk mengembangkan bisnis," kata Scharf saat berbicara para analis, dikutip dari The New York Times, Senin (15/7/2024).

Bank besar AS lainnya, Citi telah memperingatkan bahwa klien-kliennya yang lebih "miskin" sangat terpuruk oleh dampak inflasi dan suku bunga tinggi di AS.

"Kami mengamati dengan cermat dampak inflasi dan dampak suku bunga terhadap nasabah berpenghasilan rendah," kata kepala keuangan Citi Mark Mason kepada wartawan.

Meski melaporkan laba lebih tinggi dari perkiraan, saham bank tersebut juga turun.

JPMorgan, bank terbesar di AS, menunjukkan hasil yang "mixed". Perusahaan ini memperoleh laba sebesar US$13,1 miliar, namun juga mengungkapkan kerugian lebih dari setengah miliar dolar, antara lain, antara lain karena melepas investasi hipotek yang anjlok. Perolehan laba secara keseluruhan didukung oleh bisnis perbankan investasi dan perdagangan, serta rejeki nomplok dari penjualan saham Visa.

Tidak seperti biasanya, CEO JPMorgan, Jamie Dimon, tidak berbicara kepada analis selama panggilan telepon mengenai kinerja bank, atau media berita sebelumnya. Bank terbesar AS itu mengatakan Dimon sedang bepergian.

Dalam sebuah pernyataan, Dimon mengatakan: "Situasi geopolitik masih kompleks dan berpotensi menjadi yang paling berbahaya sejak Perang Dunia II - meskipun hasil dan dampaknya terhadap perekonomian global masih belum diketahui."

Pendapatan bank biasanya diawasi regulator dengan ketat untuk mendapatkan petunjuk mengenai perekonomian. Bank besar telah memperingatkan selama beberapa kuartal tentang meningkatnya saldo kartu kredit dan risiko dari investasi di real estat komersial.

Setelah periode yang relatif sepi ini, saham-saham bank akhir-akhir ini meningkat tajam di tengah harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga dan peraturan bank yang tertunda akan dilonggarkan.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ketakutan Jokowi di Akhir Jabatan Terbukti, Bankir Teriak Likuiditas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular