
Akhir Pekan IHSG Happy, Saham Big Cap Ini Jadi Penggeraknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup cerah bergairah pada perdagangan Jumat (12/7/2024), setelah data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda-tanda mendingin dan membuat pelaku pasar semakin yakin akan berakhirnya era suku bunga tinggi.
IHSG ditutup menguat 0,37% ke posisi 7.327,58. IHSG masih berada di level psikologis 7.300 hingga sesi I hari ini.
Diketahui, IHSG berhasil membalikan arah dari level psikologis 6.800 hingga ke 7.300 hanya dalam tiga pekan saja. Sejak perdagangan 24 Juni lalu, ketika masih berada di level psikologis 6.800 hingga hari ini di level 7.300-an, IHSG sudah melejit hingga 6,36%.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 12 triliundengan melibatkan 15miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 329 saham menguat, 230 saham melemah, dan 239 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor properti dan infrastruktur menjadi penopang IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni masing-masing 3,19% dan 1,09%.
Selain itu, beberapa saham menjadi penopang (movers) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.
Saham perbankan Himbara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 6,5 indeks poin.
IHSG kembali bergairah di tengah sikap investor yang cenderung merespons positif dari data terbaru inflasi AS pada periode Juni 2024 yang terpantau melandai.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (IHK), pengukur inflasi utama, tercatat 3% pada Juni 2024, turun dari 3,3% pada bulan Mei 2024. IHK AS pada Juni juga lebih baik dari ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan IHK melandai ke 3,1%.
IHK mengukur seberapa cepat harga berubah di seluruh ekonomi AS. IHK mengukur semuanya mulai dari buah-buahan dan sayuran hingga potongan rambut, tiket konser, dan peralatan rumah tangga.
Adapun IHK inti, yang tidak termasuk harga energi dan pangan, inflasi dasar yang diawasi ketat juga melambat lebih dari yang diharapkan.
IHK inti naik 0,1% dari Mei, laju paling lambat sejak Agustus 2021, mendorong laju inflasi inti tahunan lebih rendah, menjadi 3,3% dari 3,4%, dan menandai level terendah baru dalam tiga tahun.
Laporan inflasi Negeri Paman Sam terbaru yang lebih baik dari perkiraan semakin memperkuat harapan pemotongan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dapat terjadi lebih cepat dan membantu membuat pinjaman uang menjadi lebih murah.
The Fedmempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% untuk ketujuh kalinya secara beruntun padaJuni 2024. Dengan inflasi yang melandai maka ada harapan The Fed akan memangkas suku bunga secepatnya.
CMEFedWatchTool kini memperkirakanada 84% probabilitasjika pemangkasan suku bunga akan terjadi pada September 2024. Keyakinan ini naik pesat bila dibandingkan pada kemarin yang hanya 68%.
Jika data inflasi, tenaga kerja, dan data ekonomi AS lainnya terus mendingin, di tambah era suku bunga benar-benar berakhir, maka sektor-sektor yang sebelumnya terbebani dengan suku bunga tinggi berpotensi bangkit, sehingga ketika sektor tersebut bangkit akan membantu menggairahkan pasar saham dalam negeri.
Dengan berakhirnya era suku bunga tinggi, maka sektor yang rentan terhadap suku bunga tinggi seperti properti, konstruksi, farmasi, dan lain-lainnya akan cenderung diuntungkan dan berpotensi kembali bangkit.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an