Bos Biofarma Ungkap Alasan Industri Farmasi RI Harus Kuat
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor farmasi Biofarma, Shadiq Akasya mengungkapkan bahwa industri farmasi dalam negeri harus 'kuat'.
Shadiq mengatakan bahwa Biofarma sendiri merupakan industri strategis kesehatan nasional yang memasok vaksin global dan memproduksi imunisasi nasional.
"Kalau lihat urgensinya latar belakang Biofarma sebagai industri strategis kesehatan nasional dan pemasok vaksin global dan kondisi fasilitas yang sudah relatif tua dan perlu peremajaan agar memenuhi standar CPOB dan BPOM dan produksi ekspor yang memenuhi standar WHO. Urgensi pendanaan strategis dalam mendukung ketahanan kesehatan nasional imunisasi. Kami ada 13 produksi imunisasi dari 14 imunisasi nasional yang sudah kami suplai," jelas Shadiq dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (10/7/2024).
Adapun, dia mengatakan pihaknya juga bisa memproduksi produk dalam negeri maka bisa menghemat devisa negara dan mengurangi impor ke Indonesia.
"Dari sisi ekonomi, kami berikan dalam 5 tahun terakhir dividen diserahkan ke pemerintah, seandainya bisa produksi sendiri bisa mengurangi impor dan menghemat devisa," tambahnya.
Dengan begitu, Shadiq mengungkapkan pihaknya mengajukan usulan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk tahun 2025 mendatang sebesar Rp 2,21 triliun.
Shadiq mengungkapkan usulan PMN sebesar Rp 2,21 triliun itu nantinya akan digunakan untuk pembangunan sarana produksi bangunan alat mesin.
"Terima kasih kami diberikan kesempatan untuk mengusulkan PMN sebesar Rp 2,21 triliun," ungkap Shadiq.
Selain itu, Shadiq mengatakan PMN yang diajukan oleh perusahaan tersebut juga nantinya akan digunakan untuk memproduksi beberapa jenis vaksin yang totalnya mencapai 1 miliar dosis.
"Dari PMN ini kami akan membangun sarana produksi berupa alat mesin senilai Rp 2,21 triliun dengan yang akan memproduksi beberapa jenis vaksin dengan output 1 miliar dosis. Terdiri dari 700 juta bahan baku dan 300 juta finish product," tandasnya.
(Firda Dwi Muliawati/fsd)