Asing Lepas Saham Bank Jumbo Kecuali BBNI, Analis Ungkap Sebabnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual asing (net sell) terhadap saham bank pelat merah tidak terlalu besar ke PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Ada beberapa alasan terkait dengan hal tersebut.
Di sepanjang tahun 2024, investor asing telah melepas kepemilikannya di saham-saham bank KBMI IV sebesar Rp 17,3 triliun. Adanya aliran dana keluar di saham-saham bank dengan kapitalisasi pasar besar juga turut membebani kinerja IHSG.
Meskipun bank-bank KBMI IV dilepas oleh asing, nilai net sell asing di saham BBNI cenderung paling kecil. Data RTI menunjukkan asing jual bersih saham BBNI sebesar Rp 745 miliar di pasar reguler. Sementara itu, saham bank KBMI IV yang merupakan pelat merah dilepas asing lebih dari Rp 1 triliun di saat yang sama.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji mengatakan hal ini dikarenakan investor asing melihat Price to Book Value (PBV) dari BBNI dinilai murah dan terendah dibanding dengan bank buku IV lainnya.
"Hanya 1 koma sekian, nggak sampai 2x. (Saham) BBNI juga termasuk bank BUMN dengan kinerja moncer," kata Nafan. Untuk diketahui, saat ini PBV BBNI tercatat di 1,22x. Angka tersebut lebih rendah dibanding beberapa bank buku IV lain yang memiliki rasio PBV di atas 2x.
Senada dengan Nafan, Economist & Financial Market Specialist, Lucky Bayu Purnomo juga menyebut bahwa BBNI merupakan bank dengan kinerja yang positif. Hal tersebut bisa dilihat dari Non Performing Loan (NPL) atau kredit kurang lancar BBNI yang dijaga di level 2%. Alasan NPL ini juga yang membuat tekanan net sell asing BBNI lebih rendah dibanding KBMI lainnya.
"BBNI bank dengan pengelolaan NPL yang cukup prudent dan hati-hati." Jelas Lucky. Ia juga menekankan bahwa pengelolaan NPL menjadi faktor penting terutama untuk fundamental industri perbankan.
Lebih jauh dia menjelaskan, BBNI memiliki keunggulan dibanding bank pelat merah lain terutama dari sisi penyaluran kredit. "Rasanya (BBNI) akan menjadi leading," ujarnya menambahkan.
Bicara soal kinerja, kedua analis sepakat menyebut kinerja BBNI menggembirakan. Penyaluran kredit BBNI diperkirakan akan mencapai 9% (yoy) sepanjang 2024. "Yang penting bisa mendekati 10% termasuk bagus untuk BBNI," ujar Nafan.
Kinerja ini yang nantinya bisa membuat sentimen positif bagi investor. Sehingga tak heran jika rekomendasi BUY diperkirakan masih disematkan untuk saham BBNI.
Mengutip riset OCBC Sekuritas, diperkirakan pertumbuhan BBNI akan mencapai 9% (yoy) sepanjang 2024. Hal ini didorong oleh segmen yang berisiko rendah seperti kredit korporasi serta kredit konsumer dan anak usahanya. Sebagai perbankan besar, BBNI tentunya memiliki banyak cadangan untuk memberikan kredit korporasi sepanjang 2024.
BBNI juga melihat potensi pertumbuhan perusahaan swasta yang masih tumbuh sehat termasuk sektor perdagangan, manufaktur, hingga pembangkit tenaga listrik. Sementara itu, untuk perusahaan BUMN, BBNI akan fokus ke perusahaan blue-chip.
Manajemen BBNI juga berupaya untuk mengantisipasi biaya kredit di kisaran 1% sepanjang 2024 yang sejalan dengan kualitas aset. BBNI berharap ada pembebasan biaya provisi di segmen korporasi, sedangkan cost kredit di segmen lainnya diharapkan juga ada sedikit perbaikan. BBNI juga akan menjaga Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet yang sehat di level 2%.
(ayh/ayh)