Market Commentary

IHSG Selangkah Lagi Balik ke 7.300, Saham-saham Ini Jadi Penopangnya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 10/07/2024 13:15 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali menguat pada perdagangan sesi I Rabu (10/7/2024), di tengah optimisme pasar bahwa era suku bunga tinggi dapat berakhir setidaknya pada akhir tahun ini.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,4% ke posisi 7.298,96. IHSG sempat menyentuh level psikologis 7.300 pada awal sesi I sekitar pukul 09:00 WIB dan 10:00 WIB. Namun setelah itu, IHSG kembali ke kisaran 7.290.


Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,7 triliun dengan volume transaksi mencapai 14 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 650.537 kali. Sebanyak 285 saham naik, 235 saham turun, dan 259 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor bahan baku dan infrastruktur menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni masing-masing 1,1% dan 0,93%.

Selain itu, beberapa saham menjadi penopang (movers) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.

Saham telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 9,5 indeks poin.

IHSG kembali menguat di tengah ada kabar positif bahwa ketua bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), yakni Jerome Powell khawatir dengan era suku bunga higher for longer.

Powell menyatakan kekhawatiran bahwa menahan tingkat suku bunga terlalu tinggi terlalu lama dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi. Powell menyebut ada sedikit penurunan inflasi secara konsisten yang sejalan dengan target The Fed yakni ke kisaran 2%.

"Setelah kemajuan menuju target inflasi 2% pada awal tahun ini berjalan lambat, pembacaan data inflasi terbaru menunjukkan adanya kemajuan lebih lanjut yang moderat. Data yang lebih baik akan memperkuat keyakinan kami bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%," tutur Powell, dikutip dari Reuters.

Inflasi AS melandai ke 3,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juni 2024, dari 3,4% (yoy) pada Mei 2024. Inflasi inti pengeluaran pribadi AS (PCE) melandai ke 2,6% (yoy) pada Juni 2024, dari 2,8% pada Mei.

Sebagai catatan, suku bunga The Fed saat ini berada di kisaran 5,25%-5,50%, level tertinggi dalam 23 tahun terakhir. The Fed sudah mengerek suku bunga selama 11 pertemuan dari Maret 2022 hingga Juli 2023. Suku bunga 5,25-5,50% sudah bertahan selama setahun atau hingga saat ini.

Kendati inflasi sudah melandai, Powell mengingatkan jika inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang kini dihadapi AS. Dia mengisyaratkan ada risiko yang dihadapi ekonomi AS jika suku bunga tinggi ditahan terlalu lama.

"Mengingat kemajuan yang telah dicapai baik dalam menurunkan inflasi maupun dalam mendinginkan pasar tenaga kerja selama dua tahun terakhir, inflasi yang tinggi bukanlah satu-satunya risiko yang kita hadapi. Terlalu lambat atau terlalu sedikit mengurangi kebijakan yang restraint (mengekang) bisa melemahkan kegiatan ekonomi dan ketenagakerjaan secara tidak semestinya," imbuhnya.

Menyusul pernyataan Powell, pasar berekspektasi dengan probabilitas 71% jika The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada September dan kemungkinan akan diikuti dengan pemangkasan tambahan seperempat persen menjelang akhir tahun.

Bagi Indonesia, pernyataan Powell yang lebih lunak ini diharapkan bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan, termasuk rupiah, IHSG dan obligasi pemerintah.

Jika The Fed memangkas suku bunga maka ketidakpastian akan mengecil di pasar keuangan global. Dana asing juga diharapkan berbondong-bondong ke pasar keuangan dalam negeri sehingga rupiah, IHSG, dan harga obligasi menguat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat