Market Commentary

IHSG Happy Weekend, Saham Ini Penyebabnya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Jumat, 05/07/2024 16:23 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup di zona hijau pada perdagangan Jumat (5/7/2024).

IHSG ditutup menguat 0,45% ke posisi 7.253,37. Meski berhasil menguat kembali, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 9 triliun dengan melibatkan 17miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 913.908 kali. Sebanyak 281 saham terapresiasi, 269 saham terdepresiasi, dan 239 saham stagnan.


Secara sektoral, sektor kesehatan dan industrial menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni masing-masing 1,45% dan 1,37%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG, berikut datanya:

Dua saham perbankan raksasa menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang mencapai 16,2 indeks poin dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 8,2 indeks poin.

Selain dua saham bank raksasa, juga terdapat beberapa saham big cap lainnya yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar 7,1 indeks poin dan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar 1,6 indeks poin.

IHSG kembali bergairah, di mana bursa saham acuan Tanah Air tersebut berhasil membukukan penguatan selama empat hari pada pekan ini. Hanya pada perdagangan Selasa pekan ini IHSG ditutup melemah.

IHSG kembali bergairah di tengah meningkatnya cadangan devisa (cadev) RI pada Juni 2024. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa mengalami kenaikan sebesar US$ 1,2 miliar menjadi US$ 140,2 miliar pada periode Juni 2024.

Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono mengatakan kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Erwin, Jumat (5/7/2024).

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Hal ini tentu disambut positif oleh pelaku pasar mengingat dengan besarnya cadev, maka tekanan terhadap rupiah dapat diredam atau distabilisasi. Alhasil ketika rupiah kembali stabil, maka akan berdampak positif ke IHSG.

Kendati terjadi penguatan, pelaku pasar masih menunggu data non-farm payroll (NFP) dan tingkat pengangguran malam hari ini yang akan dirilis di Amerika Serikat (AS).

Jika melihat banyaknya data pasar tenaga kerja yang akan rilis di awal pekan bulan Juli ini sesuai dengan ekspektasi, ini akan memberikan harapan pada kebijakan bank sentral AS yang lebih baik terhadap prospek suku bunga.

Sebaliknya, jika pasar tenaga kerja masih lanjut tetap ketat, maka tren higher for longer masih tetap bertahan lama.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat